BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pemahaman berarti mengerti benar. Pemahaman mencakup
kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari (W.S.
Winkel, 1996: 245). Dalam proses pembelajaran, hal yang harus dimiliki seorang
siswa sebaiknya tidak hanya mengetahui tetapi hal yang terpenting adalah
memahaminya. Pada setiap materi pelajaran siswa diharuskan untuk
memahami materi yang telah diajarkan, namun proses pembelajaran secara teoritis
akan membuat siswa hanya sekedar tahu. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu cara
yang membuat siswa dapat memahami materi pelajarannya. Penelitian adalah hal yang sesuai untuk siswa agar dapat memahami materi pelajarannya.
Penulisan karya ilmiah ini berisi pembahasan tentang anggrek. Dalam
kehidupan sehari hari sudah banyak orang yang mengenal anggrek ini. Ya, anggrek
merupakan tanaman hias yang banyak digemari oleh banyak orang pencinta tanaman
hias, pada umumnya dikarenakan keindahan yang dimiliki bunga tersebut dapat
menarik perhatian. Selain memiliki daya tarik sendiri, anggrek dapat
menghasilkan keuntungan karena memiliki nilai jual yang lumayan fantastis.
Suku
anggrek-anggrekan
atau Orchidaceae merupakan satu suku
tumbuhan berbunga dengan anggota jenis
terbanyak. Jenis-jenisnya tersebar luas dari daerah tropika basah hingga
wilayah sirkumpolar, meskipun sebagian besar anggotanya ditemukan di daerah tropika.
Kebanyakan anggota suku ini hidup sebagai epifit,
terutama yang berasal dari daerah tropika. Anggrek di daerah beriklim sedang
biasanya hidup di tanah dan membentuk umbi sebagai cara beradaptasi terhadap musim dingin.
Organ-organnya yang cenderung tebal dan "berdaging" (sukulen)
membuatnya tahan menghadapi tekanan ketersediaan air. Anggrek epifit dapat
hidup dari embun dan udara lembap. Anggota pentingnya yang dikenal baik
manusia adalah anggrek
hias serta vanili.berkelopak
bunga indah dan berwarna-warni.
Jenis –
jenis anggrek berdasarkan tipe pertumbuhnya yaitu Monopodial, Anggrek ini hanya memiliki satu
batang dan satu titik tumbuh saja. Bunganya tumbuh dari ujung batang. Anggrek
ini dapat diperbanyak dengan stek batang dan biji. contoh: Vanda sp., dan Phalaenopsis
sp. (Anggrek Bulan) dan Simpodial, Anggek ini memiliki lebih dari satu titik tumbuh. Tunas baru
muncul dari sekitar batang utama. Bunga bisa muncul di pucuk atau sisi batang,
tetapi ada juga yang muncul dari akar tinggal. Batangnya menyimpan air cadangan
makanan atau umbi semu. Anggrek ini dapat diperbanyak dengan cara split,
pemisahan keiki, biji. Contoh: Dendrobium sp., Cattleya sp.
Jenis – jenis anggrek berdasarkan tempat tumbuh yaitu Anggrek Epifit, Anggrek yang tumbuh menumpang pada
pohon lain tanpa merugikan tanaman inangnya dan membutuhkan naungan dari cahaya
matahari. Akar anggrek menyerap makanan dari air hujan, kabut dan udara
sekitar. Contoh : Cattleya sp., Dendrobiumsp., Anggrek Terestial, Anggrek yang tumbuh di tanah dan
membutuhkan cahaya matahari langsung. akarnya mengambil makanan dari tanah.
Contoh : Vanda sp., Anggrek Saprofit, Anggrek yang tumbuh pada media yang
mengandung humus atau daun-daun kering, serta menbutuhkan sedikit cahaya
matahari. Jenis ini tidak memiliki daun dan klorofil. Contoh : Goodyera
sp., dan Anggrek Litofit, Anggrek yang tumbuh pada batu-batuan
atau tanah berbatu, dan tahan terhadap cahaya matahari penuh. Anggek ini
mengambil makanan dari hujan, udara, humus. Contoh : Paphiopedilum sp.
Pada zaman sekarang populasi anggrek telah menurun diakibatkan tangan –
tangan manusia yang mengambilnya dari habitatnya secara berlebihan dan
menjualnya ke luar negeri secara illegal. Beberapa jenis Anggrek yang mulai
punah yaitu Dendrobium lowii masuk appendix I,
Phalaenopsis amabilis masuk Appendix II dan Bulbophyllum lobbii masuk dalam
Appendix II.
Dengan keadaan demikian,
saat ini banyak pecinta tanaman hias yang mulai membudidayakannya untuk
mempertahankan spesiesnya yang tertinggal. Termasuk juga kami siswa siswi SMA
N2 L.Pakam yang saat ini juga sedang membudidayakan tanaman ini. Kami berharap
dengan adanya rasa untukmengembangkan tanaman yang hampir punah ini dapat
mengurangi kepunahan tanaman-tanaman hias seperti anggrek ini. Dengan demikian
spesies anggrek yang ada di Indonesia tidak berkurang dan di samping itu dapat
membantu perekonomian masyarakat Indonesia.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa
tanaman anggrek itu?
2.
Apa jenis
- jenis tanaman anggrek?
3.
Bagaiman
cara pembudidayaannya?
4.
Bagaimana
cara menghindari gangguan yang menyerang anggrek?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.
Untuk mengetahui semua tentang
anggrek.
2.
Untuk mengetahui
jenis dan tipe – tipe tanaman anggrek.
3.
Untuk mengetahui
cara pembudidayaannya.
4.
Untuk mengetahui
cara penghindaran gangguan yang menyerang anggrek.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Mengenai
Tanaman Anggrek
Suku anggrek-anggrekan atau Orchidaceae merupakan
satu suku tumbuhan
berbunga dengan
anggota jenis terbanyak. Jenis-jenisnya tersebar luas dari daerah tropika basah
hingga wilayah sirkumpolar, meskipun sebagian besar anggotanya ditemukan di
daerah tropika. Kebanyakan anggota suku ini hidup sebagai epifit,
terutama yang berasal dari daerah tropika. Anggrek di daerah beriklim sedang
biasanya hidup di tanah dan membentuk umbi sebagai cara beradaptasi terhadap musim
dingin. Organ-organnya yang cenderung
tebal dan "berdaging" (sukulen) membuatnya tahan menghadapi tekanan
ketersediaan air. Anggrek epifit dapat hidup dari embun dan udara
lembap.Anggota pentingnya yang dikenal baik manusia adalah anggrek
hias serta vanili.berkelopak bunga indah dan
berwarna-warni.
Ciri – ciri Tanaman Anggrek
Anggota suku ini cenderung memiliki
organ-organ yang sukulen atau "berdaging": tebal
dengan kandungan air yang tinggi. Dengan demikian ia dapat hidup pada kondisi
ketersediaan air yang rendah. Air diperoleh dari hujan, tetesan, embun, atau
uap air di udara. Namun demikian, anggrek tidak ditemukan di daerah gurun
karena perakarannya tidak intensif. Anggrek menyukai cahaya matahari tetapi
tidak langsung sehingga ia biasa ditemukan di alam sebagai tumbuhan lantai
hutan atau di bawah naungan. Sebagai tanaman hias, anggrek tahan di dalam
ruang.
Akar serabut, tidak dalam.
Jenis-jenis epifit yaitu mengembangkan akar sukulen dan melekat pada batang
pohon tempatnya tumbuh,namun tidak merugikan pohon inang. Ada pula yang tumbuh
geofitis,dengan istilah lain terrestria artinya tumbuh di tanah dengan
akar-akar di dalam tanah. Ada pula yang bersifat saprofit, tumbuh pada media
daun-daun kering dan kayu-kayu lapuk yang telah membusuk menjadi humus. Pada
permukaan akar seringkali ditemukan jamur akar (mikoriza)
yang bersimbiosis dengan anggrek.
Batang anggrek beruas-ruas. Anggrek
yang hidup di tanah ("anggrek tanah") batangnya pendek dan cenderung
menyerupai umbi. Sementara itu, anggrek epifit batangnya tumbuh baik,
seringkali menebal dan terlindungi lapisan lilin untuk mencegah penguapan
berlebihan. Pertumbuhan batang dapat bersifat "memanjang"
(monopodial) atau "melebar" (simpodial), tergantung genusnya.
Daun anggrek biasanya oval memanjang
dengan tulang daun memanjang pula, khas daun monokotil.
Daun dapat pula menebal dan berfungsi sebagai penyimpan air.
Bunga anggrek berbentuk khas dan
menjadi penciri yang membedakannya dari anggota suku lain. Bunga-bunga anggrek
tersusun majemuk, muncul dari tangkai bunga yang memanjang, muncul dari ketiak
daun. Bunganya simetri bilateral. Helaian Kelopak bunga (sepal) biasanya berwarna mirip dengan mahkota bunga (sehingga disebut tepal).
Satu helai mahkota bunga termodifikasi membentuk semacam "lidah" yang
melindungi suatu struktur aksesoris yang membawa benang sari
dan putik. Benang sari memiliki tangkai
sangat pendek dengan dua kepala
sari berbentuk cakram kecil (disebut
"pollinia") dan terlindung oleh struktur kecil yang harus dibuka oleh
serangga penyerbuk (atau manusia untuk vanili)
dan membawa serbuk sari ke mulut putik. Tanpa bantuan organisme penyerbuk,
tidak akan terjadi penyerbukan.
Buah
anggrek berbentuk kapsul yang berwarna hijau dan jika masak mengering dan
terbuka dari samping. Bijinya sangat kecil dan ringan, sehingga
mudah terbawa angin. Biji anggrek tidak memiliki jaringan penyimpan cadangan
makanan; bahkan embrionya belum mencapai kematangan sempurna.
Perkecambahan baru terjadi jika biji jatuh pada medium yang sesuai dan
melanjutkan perkembangannya hingga kemasakan.
Manfaat Anggrek
Anggrek dikenal sebagai tanaman hias
populer yang dimanfaatkan bunganya. Bunga anggrek sangat indah dan variasinya
hampir tidak terbatas. Anggrek biasa dijual sebagai tanaman pot maupun sebagai bunga
potong. Indonesia memiliki kekayaan jenis
anggrek yang sangat tinggi, terutama anggrek epifit yang hidup di pohon-pohon
hutan, dari Sumatera hingga Papua. Anggrek bulan adalah bunga pesona bangsa Indonesia. Anggrek juga menjadi
bunga nasional Singapura
dan Thailand.
Anggrek sering dipergunakan sebagai
simbol dari rasa cinta, kemewahan, dan keindahan selama
berabad-abad. Bangsa Yunani menggunakan anggrek sebagai simbol
kejantanan, sementara bangsa Tiongkok
pada zaman dahulu kala mempercayai bahwa anggrek sebagai tanaman yang
mengeluarkan aroma harum dari tubuh Kaisar Tiongkok.
Pada pertengahan zaman, anggrek
mempunyai peran penting dalam pengembangan tehnik pengobatan menggunakan
tumbuh-tumbuhan. Penggunaannya pun meluas sampai menjadi bahan ramu-ramuan dan
bahkan sempat dipercaya sebagai bahan baku utama pembuatan ramuan ramuan cinta
pada masa tertentu. Ketika anggrek muncul dalam mimpi seseorang, hal ini
dipercaya sebagai simbol representasi dari kebutuhan yang mendalam akan
kelembuatan, romantisme, dan kesetiaan dalam suatu hubungan. Akhirnya, pada
permulaan abad ke-18, kegiatan mengkoleksi anggrek mulai menjadi kegiatan yang
banyak dilakukan di segala penjuru dunia, terutama karena keindahan tanaman
ini.
Vanili (Vanilla planifolia)
juga merupakan anggota suku anggrek-anggrekan. Tumbuhan ini dimanfaatkan
buahnya. Untuk menghasilkan buah, vanili harus "dikawinkan" oleh
manusia, karena serangga penyerbuknya tidak mampu hidup di luar daerah asalnya,
meskipun sekarang usaha-usaha ke arah pemanfaatan serangga mulai dilakukan.
2.2 Jenis –
Jenis Tanaman Anggrek
Coelogyne Celebensis
Anggrek ini memiliki nama ilmiah Coelogyne celebensis. Kata celebensis
diambil dari nama Celebes atau Sulawesi. Dari namanya, kita tahu jika tanaman
ini memiliki habitat asal di Sulawesi. Morfologi tanamannya sekilas nampak
serupa dengan kerabat dekatnya Coleogyne speciosa. Bahkan tipe bunga nya pun
tampak tak ada beda. Namun bagi yang jeli, perbedaan yang cukup mencolok dapat
dikenali lewat bentuk labellum serta tonjolan-tonjolan yang berada diatas
labellum tersebut. Bunga ini mampu merekah sempurna selama 5-7 hari, setelah
itu bunga akan layu dan segera digantikan dengan tunas bunga selanjutnya.
Tandan bunganya berukuran kecil dan panjang, sehingga tidak
proporsional jika dibandingkan dengan ukuran bunganya yang cukup besar. Itulah
sebabnya, saat bunga nya mekar, maka tandannya akan terkulai kebawah, sehingga
bunganya tampak menunduk. Anggrek ini memiliki daun yang lebar, berbentuk bulat
telur, dan permukaannya bergelombang. Seperti kebanyakan anggrek lainnya,
tanaman ini juga memiliki bulb/umbi semu yg menggembung untuk menyimpan air dan
cadangan makanan. Anggrek ini termasuk anggrek dataran rendah yang rajin
berbunga dan cepat beradaptasi.
Coelogyne Speciosa
Sosoknya bunganya anggun layaknya seorang putri yang bersembunyi di
balik rimbunnya semak belukar. Sang putri yang elok dan menawan ini memiliki
nama Coelogyne speciosa. Meskipun persebarannya sangat luas, bukanlah alasan
untuk menelantarkannya. Hampir banyak pedagang tidak terlalu memperdulikannya
dengan alasan harganya yang kurang bersaing. Kemampuan adaptasinya yang luas,
tingkat pertumbuhan yang cepat, rajin berbunga, serta kemampuannya melakukan
selfing secara alami merupakan kelihaian khusus yang menyebabkan keberadaannya
akan terus langgeng di alam…dan juga dirumah kita.
Coelogyne Pandurata
Dikenal dengan nama Anggrek Hitam atau Black Orchid, karena pada
lidahnya terdapat warna hitam. Coelogyne pandurata Lindley tersebar di
Malaysia, Sumatra, Kalimantan dan di Philipina di Mindanao, Luzon dan pulau
Samar. Pada umumnya tumbuh pada pohon tua, didekat pantai atau di daerah rawa
dataran rendah yang cukup panas.
Cymbidium
Finlaysonianum
Di Kalimantan Barat anggrek ini dinamakan sakat lidah ular tedung atau
lau pandan. Orang sumatera mengenalnya dengan nama anggrek pandan, karena
perawakannya memang sekilas menyerupai pandan. Untuk membedakannya dengan
anggrek lainnya yang perawakannya mirip pandan seperti Vanda tricolor, anggrek
ini diberi nama “anggrek lidah ular”.
Tumbuhan ini hidup menumpang pada pohon-pohon besar. Tumbuhnya merumpun
karena tunas-tunas yang keluar disekitar tumbuhan induk. Batangnya sangat
pendek dan tertutup rapat oleh pelepah daun. Daunnya berbentuk pita, tebal dan
kaku, ujungnya membelah dua. Lebar daun antara 2-3 cm, terkadang pada kondisi
subur, daunnya dapat mencapai satu meter panjangnya. Memiliki akar lekat dan
akar udara. Akar lekatnya berdiameter lebih besar dan agak memipih dengan
penebalan jaringan meristem ganda berwarna keputihan. Bunganya tersusun dalam
tandan yang panjangnya dapat mencapai 1 meter lebih, menjuntai kebawah menyerupai
lidah ular. Dalam satu rumpun dapat muncul beberapa tandan bunga sekaligus.
Terdapat 15-30 kuntum bunga pada setiap tandannya. Masing-masing bunga bergaris
tengah 6 cm. Sepalnya berbentuk lanset, membentuk bintang. Warnanya kuning
semburat kemerahan. Lidahnya berwarna merah marun dengan corak putih yang
mencolok.
Dendrobium Singkawangense
Dendrobium endemik borneo yang tumbuh pada dataran tinggi sekitar 800 m
dpl atau lebih. Sosok perawakannya tidak terlalu tinggi, sekitar 20-35 cm. Pada
permukaan daun dan batangnya banyak ditumbuhi bulu-bulu halus. Daunnya
berbentuk elips memanjang dengan ukuran yang tidak terlalu besar (panjang: 4-5
cm, lebar: 2-3 cm).
Vanda Metusalae
Pada bulan Januari 2008 telah dipublikasikan sebuah anggrek Vanda
spesies baru dari Indonesia. Anggrek ini dideskripsikan oleh Peter O’Bryrne dan
Jaap Vermeulen di Jurnal The Orchid Review 116 (1279): 9-11 (2008) Sosok
tanamannya tidak terlalu besar, batangnya dapat mencapai 50 cm, dengan diameter
1,2-1,5 cm. Daunnya cukup sempit, lebar daunnya 2-2,3 cm, panjang daun 30-45
cm, berujung belah dua (bilobed) dan berujung tajam-bergigi. Tangkai pembungaan
termasuk pendek bila dibanding dengan keluarga Vanda lainnya, yaitu sekitar 5-6
cm, yang membawa 3-7 kuntum bunga.
Bunga Vanda metusalae berukuran tidak terlalu besar yaitu 3,2 cm x 3,5
cm, berwarna dasar kuning terang dengan pola bercak merah kecoklatan pada tepi
kelopak (sepal-petal) dan membentuk pola garis-garis longitudinal searah
pembuluh. Pada bagian labellumnya berbelah 3 ruang (trilobed), dengan ujung
midlobe yang lebar dan tepi bergelombang berwarna kuning cerah pada pangkal dan
manjadi semburat kecoklatan kearah ujung. Vanda ini memiliki kekerabatan yang
dekat dengan Vanda devoogtii, Vanda merrillii, Vanda sumatrana dan Vanda hindsii.
Sayangnya bunga anggrek ini tidak bertahan lama, keindahan bunganya hanya
bertahan sekitar 7-10 hari.
Vanda metusalae termasuk anggrek yang memiliki tingkat kesulitan
budidaya yang tinggi bila dibandingkan dengan kerabat Vanda lainnya,
pertumbuhan vegetatifnya tergolong sangat lambat, kemampuan adaptasinya rendah
sehingga tanaman baru sangat mudah stress, lingkungan tumbuhnya sangat spesifik
sehingga membutuhkan kelembaban, suhu, aerasi, dan intensitas cahaya yang
benar-benar sesuai.
Vanda Limbata
Habitat alaminya di hutan dataran rendah di Jawa Timur, Madura, Bali
hingga Kepulauan Nusa Tenggara Timur bahkan ada laporan spesies ini juga
ditemukan di Filipina. Adaptif pada pola vegetasi hutan terbuka dengan aerasi
lancar serta intensitas cahaya 60-85 dengan suhu 26-32ºC.
Dalam satu pohon bisa mengeluarkan 1-2 tandan bunga dengan jumlah kuntum antara 3-10 per
tandan. Diameter bunga sekitar 3-4 cm, sepal petal berwarna dasar kuning dengan
pola bercak krem kecoklatan. Sangat variatif dalam warna, mulai kuning pucat
hingga kuning kecoklatan (specimen asal Jawa dan Madura) dan coklat tua
kemerahan hingga jingga tua kemerahan (specimen asal Nusa Tenggara). Begitu
pula dengan warna labellumnya dari merah muda pucat hingga merah keunguan,
bahkan pada beberapa kuntum bisa ditemukan warna labellum putih kekuningan.
Selain bentuk labellumnya, ciri khas spesifik lain yang membedakan dengan
kerabat Vanda yang lainnya adalah tonjolan kecil pada bagian tengah pangkal
belakang dari labellumnya. Bunganya mengeluarkan aroma harum semerbak, terutama
pada pagi hari pukul 07.00-11.00.
Sangat adaptif dan mudah untuk dipelihara. Laju pertumbuhan akar sangat
cepat. Mudah ditumbuhkan baik dengan media tanam maupun tanpa media tanam.
Biasanya berbunga pada pergantian musim, terutama pada saat-saat terkering
antara musim kemarau masuk ke musim hujan.
Vanda Tricolor Var Suavis
Persamaan bentuk tubuhnya dengan Vanda tricolor varietas lainnya memang
tidak diragukan lagi. Perbedaannya hanya tampak pada warna serta beberapa
bentuk detail organ bunganya. Batangnya berbentuk bundar, panjang dan kokoh,
tingginya dapat mencapai 2 m. Daunnya berbentuk pita agak melengkung dengan
ujung daun berbentuk rompang bersudut tajam. Tandan bunga yang panjangnya 25-40
cm menyangga 12-15 kuntum bunga yang muncul dari ketiak daun. Masing-masing
bunganya dapat mencapai garis tengah 9 cm.
Dibandingkan dengan varietas tricolor, var suavis ini memiliki tandan
bunga lebih panjang sehingga bunganya juga lebih banyak. Dasar bunganya putih
keunguan dengan bercak-bercak ungu kemerahan dan beraroma harum. Aroma harum
ini nampaknya dipengaruhi pula oleh ketinggian dimana anggrek ini dipelihara.
Didataran rendah 200-300 m dpl, aroma harumnya tidak terasa kuat, berbeda
dengan didataran tinggi yang aromanya dapat tercium kuat. Dari pengamatan yang
dilakukan, ternyata pada kondisi yang optimum, Vanda ini dapat berbunga terus
menerus sepanjang tahun dengan masa mekar yang cukup lama yaitu 20-24 hari.
Si Kupu-Kupu Rawa
Anggrek ini termasuk anggrek rawa karena umumnya tumbuh di daerah rawa.
Bila dilihat dari sosok perawakannya, anggrek sangat mirip dengan kerabat
dekatnya yaitu Papilionanthe teres, sehingga seringkalo orang tidak dapat
membedakan kedua jenis anggrek ini bila hanya melihat dari tanamannya saja. Di
habitat aslinya tanaman ini dapat mencapai tinggi 2,5 m. Batangnya
bulat-silindris, beruas-ruas dan tertutup seludang tipis. Diamater batang
antara 0,5-1,2 cm. Daunnya juga berbentuk silindris dengan ujung meruncing dan
berposisi tegak. Permukaan batang dan daun halus berwarna hijau. Akar-akarnya
muncul di sepanjang buku pada batangnya. Sifat inilah yang menjadikan anggrek
ini mudah untuk dikembangbiakan melalui teknik stek batang.
Karena bentuk batang dan daunnya yang silindris menyerupai pinsil,
anggrek ini sering juga disebut sebagai anggrek pinsil. Tanaman ini sangat adaptif
di dataran rendah dari 0-700 m dpl juga sebagai tanaman outdor yang tahan
paparan sinar matahari langsung, dengan catatan media perakarannya cukup
lembab.
Ukuran bunganya termasuk besar, berdiameter 5-6 cm. Bunga ini tersusun
dalam tandan yang panjangnya 15-25 cm dan muncul dari ketiak daun. Setiap
tandan dapat memunculkan 2-15 kuntum sekaligus dengan pola mekar yang tidak
serempak. Dari pengamatan yang dilakukan, setiap kuntum bunga memiliki masa
mekar antara 20-22 hari. Bunganya berwarna dasar ungu muda hingga ungu
keputihan. Anggrek yang sering pula dijuluki sebagai anggrek rawa ini memiliki
distribusi yang cukup luas yaitu di Semenanjung Malaya, Sumatera, Bangka hingga
Kalimantan. Mengingat bunganya yang indah, berukuran besar, tahan lama dan sifatnya
yang dapat berbunga sepanjang tahun, maka anggrek ini memiliki potensi besar
untuk dijadikan induk silangan.
Paphiopedilum Liemianum
Anggrek ini akrab disebut sebagai anggrek kantong, karena labellumnya
yang menyerupai kantung kecil. Sosok tanaman anggrek ini cukup pendek (tinggi
tanaman sekitar 5-7 cm) dengan posisi daun yang berselang seling. Daunnya
melebar dengan ujung membulat. Lebar daun sekitar 3-6 cm dengan panjang daun
bervariasi antara 15-20 cm. Tanaman ini termasuk anggrek terestrial, artinya
anggrek ini memiliki habitat tumbuh di tanah, dengan mengandalkan organ akarnya
sebagai alat untuk menyerap air dan unsur hara. Anggrek ini senang dengan
kondisi media yang cukup lembab, akan tetapi jika terlalu lembab bisa
menyebabkan pembusukan pada pangkal batangnya. Anggrek yang dahulu diisukan
sebagai anggrek yang sulit dipelihara ini, ternyata justru memiliki kelebihan
lain, yaitu toleran terhadap kekeringan dan toleran dengan rentang suhu yang
lebar. Selain itu, dalam satu tandan bunga bisa memunculkan lebih dari 3 kali
bunga.
Grammatophyllium Stapeliaeflorum
Kerabat jenis anggrek ini jumlahnya agak terbatas. Berdasarkan catatan
sementara, di Indonesia hanya ditemukan 3 jenis, yaitu anggrek tebu (G.
speciosum), anggrek macan (G. scriptum) dan Anggrek sendu (G. stapeliaeflorum).
Anggrek ini biasa disebut anggrek sendu karena warnanya yang kusam dan
bentuk bunga yang menggantung seperti cucuran air mata. Bulbnya menyerupai bulb
anggrek macan (G. scriptum) hanya saja kulit permukaan luarnya tampak lebih
mengkilat dan kaku seperti dilapisi plastic, berbuku tunggal dengan panjang
kira-kira 14 cm, lebar 6 cm, agak memipih dengan 2-3 daun pada puncaknya. Daun
berukuran cukup lebar, panjang kira-kira 35 cm yang makin menyempit kearah
pangkalnya. Bunganya muncul dari dasar bulb dengan tandan bunga yang merunduk
dan menggantung ke bawah. Panjang tandan bunga sekitar 30 cm. Pada tandan
tersebut tumbuh sebanyak 12 kuntum bunga. Bunga berwarna coklat kelabu keunguan
dengan totol-totol ungu tua, berbau tidak sedap. Jenis ini ditemukan di
hutan-hutan di Sumatera, Jawa sampai dengan Sulawesi. Masa mekar bunganya
antara 13-15 hari. Buah berbentuk jorong.
Grammatophyllium Speciosum
Berkembang biak di sela-sela pohon besar, anggrek ini bisa mencapai
panjang 15 ft; Satu rumpun tanaman pernah tercatat memiliki berat 2 ton. Berada
di lingkungan panas, hutan tropis yang lembab di kawasan Malaysia, Sumatra, and
New Guinea, anggrek ini dikenal karena penampilannya yang luar biasa pada saat
berbunga, walupun cuma berbunga sekali dalam 2 sampai 4 tahun.
Bunga anggrek harimau, juga dikenal anggrek tebu, sangat tahan lama dan
dapat bertahan sampai 2 bulan. Bunganya dapat mencapai 6 in berwana kuning krim
denga bintik coklat atau merah tua. Stem bunga dapat mencapai 6-9 in dengan
60-100 kuntum per tangkai.
Grammatophyllium Scriptum
Berukuran besar, tumbuh secara epifit di daerah panas. Berasal dari
Asia Tenggara, Papua dan New Guinea, diketemukan pada ketinggian sampai 100
meter dari permukaan laut dan selalu dekat dengan laut, kadang terdapat di
sela-sela tangkai daun kelapa.
Nama-nama
genus anggrek hias populer:
2.3 Cara
Pembudidayaan Tanaman Anggrek
A. Aspek Lingkungan
Secara
alami anggrek (Famili Orchidaceae) hidup epifit pada pohon dan ranting-ranting
tanaman lain, namun dalam pertumbuhannya anggrek dapat ditumbuhkan dalam pot
yang diisi media tertentu. Pada umumnya anggrek-anggrek yang dibudidayakan
memerlukan temperatur 28 + 2° C dengan temperatur minimum 15° C. Anggrek
tanah pada umumnya lebih tahan panas dari pada anggrek pot. Tetapi temperatur
yang tinggi dapat menyebabkan dehidrasi yang dapat menghambat pertumbuhan
tanaman.
Berdasarakan
pola pertumbuhannya, tanaman anggrek dibedakan menjadi dua tipe yaitu,
simpodial dan monopodial. Anggrek tipe simpodial adalah anggrek yang tidak
memiliki batang utama, bunga ke luar dari ujung batang dan berbunga kembali
dari anak tanaman yang tumbuh. Kecuali pada anggrek jenis Dendrobium sp. yang
dapat mengeluarkan tangkai bunga baru di sisi-sisi batangnya. Contoh dari
anggrek tipe simpodial antara lain : Dendrobium sp., Cattleya sp., Oncidium
sp. dan Cymbidium sp. Anggrek tipe simpodial pada umumnya
bersifat epifit.
Anggrek
tipe monopodial adalah anggrek yang dicirikan oleh titik tumbuh yang terdapat
di ujung batang, pertumbuhannnya lurus ke atas pada satu batang. Bunga ke luar
dari sisi batang di antara dua ketiak daun. Contoh anggrek tipe monopodial
antara lain : Vanda sp., Arachnis sp., Renanthera sp.,
Phalaenopsis sp., dan Aranthera sp.
Habitat
tanaman anggrek dibedakan menjadi 4 kelompok sebagai berikut :
· Anggrek epifit,
yaitu anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain tanpa merugikan tanaman
inangnya dan membutuhkan naungan dari cahaya matahari, misalnya Cattleya
sp. memerlukan cahaya +40%, Dendrobium sp. 50–60%, Phalaenopsis
sp. + 30 %, dan Oncidium sp. 60 – 75 %.
· Anggrek terestrial,
yaitu anggrek yang tumbuh di tanah dan membutuhkan cahaya matahari langsung,
misalnya Aranthera sp., Renanthera sp., Vanda sp. dan Arachnis sp.
Tanaman anggrek terestrial membutuhkan cahaya matahari 70 – 100 %, dengan
suhu siang berkisar antara 19 – 380C, dan malam hari 18–210C. Sedangkan
untuk anggrek jenis Vanda sp. yang berdaun lebar memerlukan sedikit
naungan.
· Anggrek litofit,
yaitu anggrek yang tumbuh pada batu-batuan, dan tahan terhadap cahaya matahari
penuh, misalnya Dendrobium phalaenopsis.
· Anggrek saprofit,
yaitu anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung humus atau daun-daun
kering, serta membutuhkan sedikit cahaya matahari, misalnya Goodyera sp.
B. Persilangan
Persilangan
ditujukan untuk mendapatkan varietas baru dengan warna dan bentuk yang menarik,
mahkota bunga kompak dan bertekstur tebal sehingga dapat tahan lama sebagai
bunga potong, jumlah kuntum banyak dan tidak ada kuntum bunga yang gugur dini
akibat kelainan genetis serta produksi bunga tinggi. Oleh karena itu untuk
mendapatkan hasil yang diharapkan, sebaiknya dan seharusnya pedoman persilangan
perlu dikuasai, antara lain :
- Persilangan
sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah penyiraman. Kuntum bunga
dipilih yang masih segar atau setelah membuka penuh.
- Sebagai
induk betina dipilih yang mempunyai bunga yang kuat, tidak cepat layu atau
gugur.
- Mengetahui
sifat-sifat kedua induk tanaman yang akan disilangkan, agar memberikan
hasil yang diharapkan, misalnya sifat dominasi yang akan terlihat atau
muncul pada turunannya seperti : warna, bentuk, dan lain-lain.
- Bunga
tidak terserang OPT terutama pada polen dan stigma.
- Setiap
mendapatkan varietas baru yang baik, sebaiknya didaftarkan pada “Royal Horticultural Society†di London,
dengan mengisi formulir pendaftaran anggrek hibrida dengan beberapa
persyaratan lainnya.
Beberapa
hari kemudian bunga yang telah diserbuki akan layu. Apabila penyerbukan
berhasil, dan bila tidak ada OPT, maka bakal buah tersebut akan terus
berkembang menjadi buah. Buah anggrek ada yang masak setelah tiga bulan sampai
enam bulan atau lebih. Buah yang masak akan merekah dengan dicirikan adanya
perubahan warna buah dari hijau menjadi hijau kekuning-kuningan.
Dalam
memilih biji anggrek yang akan disemaikan dalam botol perlu diperhatikan
sebagai berikut :
·
Biji yang
berwarna keputih-putihan dan kosong adalah biji yang kurang baik.
·
Biji yang baik
yaitu yang bulat penuh berisi, berwarna kuning atau kecoklat-coklatan
C. Pembibitan
Perbanyakan tanaman anggrek pada
umumnya dilakukan melalui dua cara yaitu, konvensional dan dengan metoda kultur
in vitro. Perbanyakan tanaman yang dilakukan secara konvensional adalah sebagai
berikut :
- Perbanyakan vegetatif melalui
pemecahan/pemisahan rumpun seperti Dendrobium sp., Oncidium sp., Cattleya
sp., dan Cymbidium sp.; pemotongan anak tanaman yang ke luar dari batang
seperti Dendrobium sp.; pemotongan anak tanaman yang ke luar dari akar dan
tangkai bunga seperti Phalaenopsis sp., yang selanjutnya ditanam ke media
yang sama seperti pakis, mos serabut kelapa, arang, serutan kayu, disertai
campuran pecahan genting atau batu bata. Perbanyakan secara vegetatif ini
akan menghasilkan anak tanaman yang mempunyai sifat genetik sama dengan
induknya. Namun perbanyakan konvensional secara vegetatif ini tidak
praktis dan tidak menguntungkan untuk tanaman bunga potong, karena jumlah
anakan yang diperoleh dengan cara-cara ini sangat terbatas.
- Perbanyakan generatif yaitu dengan biji. Biji
anggrek sangat kecil dan tidak mempunyai endosperm (cadangan makanan),
sehingga perkecambahan di alam sangat sulit tanpa bantuan jamur yang
bersimbiosis dengan biji tersebut.
Untuk menghasilkan bunga dalam
jumlah banyak dan seragam diperlukan tanaman dalam jumlah banyak pula. Oleh
karena itu peningkatan produksi bunga pada tanaman anggrek hanya dapat dicapai
dengan usaha perbanyakan tanaman yang efisien. Pada saat ini metode kultur in
vitro merupakan salah satu cara yang mulai banyak digunakan dalam perbanyakan
klon atau vegetatif tanaman anggrek.
Metode kultur in vitro yaitu
menumbuhkan jaringan-jaringan vegetatif (seperti : akar, daun, batang, mata
tunas) dan jaringan-jaringan generatif (seperti : ovule, embrio dan biji) pada
media buatan berupa cairan atau padat secara aseptik (bebas mikroorganisme).
Secara generatif, benih tanaman
diperoleh melalui biji hasil persilangan yang secara genetis biji-biji tersebut
bersifat heterozigot. Sehingga benih-benih yang dihasilkan mempunyai sifat
tidak mantap dan beragam. Dengan cara ini untuk mendapatkan tanaman yang sama
dengan induknya sangatlah sulit, karena persilangan anggrek telah berkembang
demikian luasnya. Namun dengan cara ini akan diperoleh varietas baru.
Secara vegetatif yaitu menumbuhkan
jaringan-jaringan vegetatif atau kultur jaringan seperti akar, daun, batang
atau mata tunas pada media buatan berupa cairan atau padat secara aseptik.
Dengan metode ini dapat diharapkan perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara
cepat dan berjumlah banyak, serta sama dengan induknya.
D. Penanaman dan
Pemeliharaan
1.
Persiapan Lahan
Tanaman anggrek dapat ditanam di
sekitar rumah atau pekarangan atau di kebun yaitu di bawah pohon atau dengan
naungan yang diberi paranet atau sejenisnya dengan pengaturan intensitas cahaya
tertentu atau di lahan terbuka. Oleh karena tanaman anggrek mempunyai potensi
ekonomis yang tinggi, maka untuk jenis-jenis tertentu dapat ditanam di dalam
rumah kaca (green house). Selain untuk melindungi tanaman dari gangguan alam,
juga akan mengurangi intensitas serangan OPT.
2.
Persiapan Media Tumbuh
Media tumbuh yang baik harus
memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tidak lekas melapuk, tidak menjadi sumber
penyakit, mempunyai aerasi baik, mampu mengikat air dan zat-zat hara secara
baik, mudah didapat dalam jumlah yang diinginkan dan relatif murah harganya.
Sampai saat ini belum ada media yang memenuhi semua persyaratan untuk
pertumbuhan tanaman anggrek.
Untuk pertumbuhan tanaman anggrek,
kemasaman media (pH) yang baik berkisar antara 5–6. Media tumbuh sangat
penting untuk pertumbuhan dan produksi bunga optimal, sehingga perlu adanya
suatu usaha mencari media tumbuh yang sesuai. Media tumbuh yang sering digunakan
di Indonesia antara lain : moss, pakis, serutan kayu, potongan kayu, serabut
kelapa, arang dan kulit pinus.
Pecahan batu bata banyak dipakai
sebagai media dasar pot anggrek, karena dapat menyerap air lebih banyak bila
dibandingkan dengan pecahan genting. Media pecahan batu bata digunakan sebagai
dasar pot, karena mempunyai kemampuan drainase dan aerasi yang baik.
Moss yang mengandung 2–3% unsur N
sudah lama digunakan untuk medium tumbuh anggrek. Media moss mempunyai daya
mengikat air yang baik, serta mempunyai aerasi dan drainase yang baik pula.
Pakis sesuai untuk media anggrek
karena memiliki daya mengikat air, aerasi dan drainase yang baik, melapuk
secara perlahan-lahan, serta mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan
anggrek untuk pertumbuhannya.
Serabut kelapa mudah melapuk dan
mudah busuk, sehingga dapat menjadi sumber penyakit, tetapi daya menyimpan
airnya sangat baik dan mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan serta mudah
didapat dan murah harganya. Dalam menggunakan serabut kelapa sebagai media
tumbuh, sebaiknya dipilih serabut kelapa yang sudah tua.
Media tumbuh sabut kelapa, pakis,
dan moss merupakan media tumbuh yang baik untuk pertumbuhan tanaman anggrek
Phalaenopsis sp. Namun bila pakis dan moss yang tumbuh di hutan ini diambil
secara terus-menerus untuk digunakan sebagai media tumbuh, dikhawatirkan
keseimbangan ekosistem akan terganggu.
Serutan kayu atau potongan kayu
kurang sesuai untuk media anggrek karena memiliki aerasi dan drainase yang
baik, tetapi daya menyimpan airnya kurang baik, serta miskin unsur N. Proses
pelapukan berlangsung lambat, karena kayu banyak mengandung senyawa-senyawa yang
sulit terdekomposisi seperti selulosa, lignin, dan hemiselulosa.
Media serutan kayu jati merupakan
media tumbuh yang baik untuk pertumbuhan anggrek Aranthera James Storie.
Pecahan arang kayu tidak lekas lapuk, tidak mudah ditumbuhi cendawan dan
bakteri, tetapi sukar mengikat air dan miskin zat hara. Namun arang cukup baik
untuk media anggrek.
Penggunaan media baru (repotting)
dilakukan antara lain sebagai berikut :
·
Bila
ditanam dalam pot (wadah) sudah terlalu padat atau banyak tunas.
·
Medium
lama sudah hancur, sehingga menyebabkan medium bersifat asam, bisa menjadi sumber penyakit.
3.
Penyiraman
Tanaman anggrek yang sedang aktif
tumbuh, membutuhkan lebih banyak air dibandingkan dengan yang sudah berbunga.
Frekuensi dan banyaknya air siraman yang diberikan pada tanaman anggrek
bergantung pada jenis dan besar kecil ukuran tanaman, serta keadaan lingkungan
pertanaman. Sebagai contoh adalah tanaman anggrek Vanda sp., Arachnis sp., dan
Renanthera sp., yaitu anggrek tipe monopodial yang tumbuh di bawah cahaya
matahari langsung, sehingga membutuhkan penyiraman lebih dari dua kali sehari,
terutama pada musim kemarau.
4.
Pemupukan
Seperti tumbuhan lainnya, anggrek
selalu membutuhkan makanan untuk mempertahankan hidupnya. Kebutuhan tanaman
anggrek akan nutrisi sama dengan tumbuhan lainnya, hanya anggrek membutuhkan
waktu yang cukup lama untuk memperlihatkan gejala-gejala defisiensi, mengikat
pertumbuhan anggrek sangat lambat.
Dalam usaha budidaya tanaman
anggrek, habitatnya tidak cukup mampu menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan
oleh tanaman untuk pertumbuhan. Untuk mengatasi hal tersebut, biasanya tanaman
diberi pupuk baik organik maupun anorganik. Pupuk yang digunakan umumnya pupuk
majemuk yaitu yang mengandung unsur makro dan mikro.
Kualitas dan kuantitas pupuk dapat
mengatur keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Pada fase
pertumbuhan vegetatif bagi tanaman yang masih kecil perbandingan pemberian
pupuk NPK adalah 30:10:10, pada fase pertumbuhan vegetatif bagi tanaman yang
berukuran sedang perbandingan pemberian pupuk NPK adalah 10:10:10. Sedangkan
pada fase pertumbuhan generatif yaitu untuk merangsang pembungaan, perbandingan
pemberian pupuk NPK adalah 10:30:30.
Jika dilakukan pemupukan ke dalam
pot maka hanya pupuk yang larut dalam air dan kontak langsung dengan ujung akar
yang akan diambil oleh tanaman anggrek dan sisanya akan tetap berada dalam pot.
Pemupukan pada sore hari menunjukkan respon pertumbuhan yang baik pada anggrek
Dendrobium sp.
- Pengendalian OPT Anggrek
a.
Fisik
Media tumbuh disucihamakan dengan
uap air panas agar tanaman bebas dari OPT yang dapat ditularkan melalui media
tumbuh. Untuk menghindari penularan virus, usaha sanitasi harus dilakukan
meliputi sterilisasi alat-alat potong. Setelah dicuci bersih alat-alat potong
dipanaskan dalam oven pada suhu 149 ° C selama 1 jam.
b.
Mekanis
Pengendalian secara mekanis
dilakukan bilamana serangga hama dijumpai dalam jumlah terbatas. Misalnya pada
pagi dan sore hari kumbang gajah dapat dijepit dengan jari tangan dan
dimatikan. Demikian pula kutu tempurung pada daun anggrek dapat didorong dengan
kuku, tetapi harus dilakukan secara hati-hati lalu dimatikan. Keong besar atau
yang kecil dengan mudah dapat ditangkap pada malam hari dan dimusnahkan. Dengan
membersihkan sampah dan gulma, maka keong tidak mempunyai
kesempatan untuk bersarang dan bersembunyi.Pengendalian secara mekanis juga
dilakukan pada bagian tanaman yang menunjukkan gejala serangan penyakit, yaitu
dengan memotong dan memusnahkan bagian tanaman yang terserang.
c.
Kultur
Teknis
Pemeliharaan tanaman yang baik dapat
meningkatkan kesehatan tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh lebih subur.
Penyiraman, pemupukan dan penambahan atau penggantian media tumbuh dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman. Secara tidak langsung pemeliharaan yang
berkelanjutan dapat memantau keadaan tanaman dari serangan OPT secara dini.
Penyiraman dilakukan apabila
diperlukan dan dilakukan pagi hari sehingga siang harinya sudah cukup kering.
Pelihara tanaman dari serangan atau kehadiran serangga yang dapat menjadi
pembawa atau pemindah penyakit. Udara dalam pertanaman sebaiknya dijaga agar
tidak terlalu lembab, sehingga penyakit tidak mudah berkembang.
Tanaman yang baru atau diketahui
menderita penyakit diisolasi selama 2-3 bulan, sampai diketahui bahwa tanaman
tersebut betul-betul sehat. Tanaman yang akan dibudidayakan sebaiknya juga
berasal dari induk yang telah diketahui bebas penyakit.
d.
Kimiawi
Untuk pengendalian OPT anggrek dapat
dipilih jenis pestisida yang tepat sesuai dengan organisme pengganggu tumbuhan
yang akan dikendalikan. Formulasi pestisida dapat berupa cairan (emulsi),
tepung (dust) pasta ataupun granula. Konsentrasi dan dosis penggunaan biasanya
dicantumkan pada tiap kemasan. Jenis-jenis pestisida yang dapat digunakan untuk
mengendalikan OPT pada tanaman anggrek.Sebagai pencegahan, pot atau wadah
lainnya, alat-alat seperti pisau dan gunting stek, sebaiknya setiap kali
memakai alat-alat tersebut, disucihamakan dengan formalin 2 % atau desinfektan
lainnya.
e.
Hayati
Dilakukan dengan menggunakan :
·
Predator
tungau : Phytoseiulus persimilis Athias Heniot dan Typhodiromus sp.
(Phytoseiidae)
·
Predator
kutu daun : kumbang koksi (Coccinelidae), lalat Syrpidae, dan laba-laba Lycosa
sp.
·
Predator
kutu putih : Scymnus apiciflavus.
·
Predator
bekicot Achatina fulica : Gonaxis sp., Euglandina sp., Lamprophorus sp., dan
bakteri Aeromonas liquefacicus.
·
Parasitoid
Thrips : Famili Eulophidae
·
Parasitoid
kutu daun : Aphidius sp. dan Encarsia sp.
·
Parasitoid
pengorok daun Gonophora xanthomela : Achrysocharis promecothecae (Eulophidae).
·
Pemanfaatan
agens antagonis Trichoderma sp., Gliocladium sp. dan Pseudomonas fluorescens
untuk penyakit layu Fusarium sp. dan Ralstonia (Pseudomonas ) solanacearum.
F. Panen dan
Pasca Panen
Keistimewaan tanaman anggrek
terletak pada penampilannya saat konsumsi, sehingga usaha untuk mempertahankan
mutu penampilan selama mungkin menjadi tujuan utama penanganan pasca panen dan
pasca produksi. Untuk melaksanakan upaya tersebut perlu dipahami berbagai
faktor yang dapat mempengaruhi mutu pasca panen atau pasca produksi tanaman anggrek.
Faktor yang mempengaruhi mutu pasca panen anggrek bunga potong adalah tingkat
ketuaan bunga, suhu, pasokan air dan makanan, etilen dan kerusakan mekanis dan
penyakit. Sedangkan yang mempengaruhi anggrek pot antara lain kultivar, stadia
pertumbuhan, cahaya, medium, pemupukan, temperatur dan lama pengangkutan.
1.
Bunga Anggrek Potong
a. Ketuaan Bunga
Selama ini bunga anggrek dipanen
setelah 75%-80% bunga telah mekar terutama pada anggrek Dendrobium sp.
Adakalanya pada jenis anggrek tertentu, seperti Cattleya sp., bunga dipanen 3
sampai 4 hari setelah mekar, karena bunga yang dipotong prematur akan gagal
untuk mekar. Saat pemanenan perlu diperhatikan penularan penyakit virus dari
satu pohon ke pohon lain. Sebaiknya alat pemotong hendaknya disterilkan lebih dulu
sebelum digunakan lagi pada pohon berikutnya.
b. Temperatur
Bunga potong Cymbidium sp. dan
Paphiopedilum sp. dapat bertahan selama 3 minggu pada temperatur 330–350 F
(10 C) dan 6 sampai 7 minggu bila tetap di pohon. Jenis Cymbidium sp., Cattleya
sp., Vanda sp., Paphiopedilum sp. dan Phalaenopsis sp. umumnya bisa bertahan
sampai 2 minggu kalau disimpan pada suhu 5–70 C, sedangkan Dendrobium sp.
potong cukup disimpan pada temperatur 10–130 C.
c. Pasokan Air dan Hara
Bunga anggrek potong peka terhadap
kekeringan. Air yang hilang setelah bunga dipanen harus segera diimbangi dengan
larutan perendam yang mengandung air dan senyawa lain yang diperlukan.
Penggunaan berbagai senyawa kimia pengawet yang dilarutkan dalam air dianjurkan
untuk memperpanjang kesegaran bunga potong.
d. Etilen dan Kerusakan Mekanis
Usahakan untuk menjauhkan bunga
anggrek potong dari sumber/tempat kebocoran gas, asap, pemeraman buah dan
kumpulan bunga yang sudah rusak dan layu. Ruangan untuk penanganan pasca panen
(sortasi/grading dan pengemasan) hendaknya berventilasi baik. Kepekaan terhadap
gas etilen dapat dikurangi dengan pemberian suhu dingin, baik setelah panen
maupun setelah pengiriman. Bunga potong harus segera dikeluarkan dari wadah
pengemasnya dan diletakkan pada ruangan dingin yang bersuhu cocok untuk bunga
anggrek.
e. Penyakit
Bunga anggrek potong peka terhadap
penyakit, tidak saja karena berpetal agak rapuh, tetapi juga terdapatnya cairan
madu yang bergizi yang sangat baik untuk pertumbuhan patogen. Kerusakan akibat
penyakit ini dapat dihindari dengan managemen kebersihan yang baik di rumah kaca
maupun di kebun, pengendalian temperatur, dan minimalisasi terjadinya
kondensasi pada bunga potong.
2.
Tanaman Anggrek Pot Berbunga Indah
a. Kultivar
Berbagai karakter morfologi, seperti
warna bunga, jumlah kuntum bunga dan waktu berbunga telah digunakan untuk
mengevaluasi kultivar baru industri bunga. Kriteria tersebut merupakan
faktor-faktor penting dalam menciptakan kultivar baru. Pada masa yang akan
datang kriteria toleransi terhadap kondisi pengangkutan, tingkat cahaya
interior yang rendah, etilen dan pendinginan perlu pula dimasukkan ke dalam
penilaian.
b. Stadia Pertumbuhan
Stadia pertumbuhan (umur) tanaman
pot anggrek berbunga indah pada saat dipasarkan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi penampilan tanaman tersebut di dalam ruangan. Perlu diperhatikan
bahwa stadia yang tepat untuk pemasaran tergantung dari waktu yang diperlukan
untuk memperoleh tanaman. Umumnya tanaman dengan banyak bunga mekar lebih sulit
dalam pengangkutan, lebih peka terhadap etilen dan lebih mudah rusak dari pada
tanaman yang diangkut dalam stadia yang bunganya masih kuncup atau persentase
bunga yang mekar masih rendah.
c. Temperatur
Temperatur perlu diturunkan selama
siklus 2–3 minggu terakhir untuk memperkuat warna bunga dan meningkatkan
kandungan karbohidrat tanaman, sehingga dapat mengakibatkan ketahanan simpan.
Semua tanaman pot berbunga indah akan lebih tahan pada temperatur yang lebih
rendah dan kisarannya sangat tergantung pada jenis tanaman. Selanjutnya tanaman
berbunga yang ditempatkan pada temperatur 270 C atau lebih tinggi, umumnya
mempunyai warna bunga lebih pudar, batang/tangkai lebih tinggi, daun cepat
menguning dan rontok.
d. Media