Selasa, 11 Juni 2013

petir

PETIR

1.     Proses Terjadinya Petir
Petir, kilat, atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan di saat langit memunculkan kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan. Beberapa saat kemudian disusul dengan suara menggelegar yang disebut guruh. Perbedaan waktu kemunculan ini disebabkan adanya perbedaan antara kecepatan suara dan kecepatan cahaya.
Petir merupakan gejala alam yang bisa kita analogikan dengan sebuah kapasitor raksasa, dimana lempeng pertama adalah awan (bisa lempeng negatif atau lempeng positif) dan lempeng kedua adalah bumi (dianggap netral). Seperti yang sudah diketahui kapasitor adalah sebuah komponen pasif pada rangkaian listrik yang bisa menyimpan energi sesaat (energy storage). Petir juga dapat terjadi dari awan ke awan (intercloud), dimana salah satu awan bermuatan negatif dan awan lainnya bermuatan positif.
Petir terjadi karena ada perbedaan potensial antara awan dan bumi atau dengan awan lainnya. Proses terjadinya muatan pada awan karena dia bergerak terus menerus secara teratur, dan selama pergerakannya dia akan berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi (atas atau bawah), sedangkan muatan positif berkumpul pada sisi sebaliknya. Jika perbedaan potensial antara awan dan bumi cukup besar, maka akan terjadi pembuangan muatan negatif (elektron) dari awan ke bumi atau sebaliknya untuk mencapai kesetimbangan. Pada proses pembuangan muatan ini, media yang dilalui elektron adalah udara. Pada saat elektron mampu menembus ambang batas isolasi udara inilah terjadi ledakan suara. Petir lebih sering terjadi pada musim hujan, karena pada keadaan tersebut udara mengandung kadar air yang lebih tinggi sehingga daya isolasinya turun dan arus lebih mudah mengalir. Karena ada awan bermuatan negatif dan awan bermuatan positif, maka petir juga bisa terjadi antar awan yang berbeda muatan.
Rata rata kuat arus dalam petir sebesar 20.000 ampere ini terjadi pada petir negatif. Dan pada petir positive kuat arusnya sebesar 300.000 Ampere. Terjadinya petir positive hanya sekitar 5% dari total terjadinya petir. Petir bergerak pada kecepatan 150.000 km/detik, hampir setengah dari kecepatan cahaya (300.000 km / detik) lebih cepat dari pada kecepatan suara (332 meter / detik). Besarnya tegangan petir adalah 1.000.000 volt per meter.

2.     Negara Terbanyak Tersambar Petir
-          Indonesia
Indonesia adalah negara terbanyak yang tersambar petir di dunia setiap tahunnya, tepatnya ada di kota BOGOR .
Selama ini kita mengenal kota Bogor dengan sebutan kota hujan, namun siapa sangka kota Bogor selain dijuluki sebagai kota hujan ternyata mendapat julukan baru sebagai kota petir, karena dalam sehari mendapat sambaran petir hingga 322 kali yang normalnya hanya 80 kali, ini tercatat dalam Guinness book of world record.
Indonesia yang terletak pada khatulistiwa mempunyai hari-guruh sangat tinggi dengan aktivitas 100 sampai 200 hari-guruh per tahun. Hal ini menyebabkan karakteristik petir di Indonesia berbeda dengan karakteristik petir di luar negeri yang dijadikan standar oleh Badan Standarisasi dunia pada umumnya. Setiap sambaran dapat membangkitkan sampai dengan 100 juta volt listrik dan arus mengalir sampai dengan 200 ribu ampere, Suhu kanal petir sampai dengan 10.000 derajat celcius, lebih panas dari panas permukaan matahari.
Dengan adanya feneomena ini, DR. Reynaldo Zoro mengingatkan kembali betapa pentingnya penangkal petir digunakan dalam sebuah bangunan atau gedung untuk melindungi semua perangkat teknologi yang ada. Karena dalam sambaran petir yang mengenai suatu bangunan atau obyek sambaran dapat merusak hingga radius dua kilometer dari pusat sambaran petir. Sambaran langsung dan tidak langsung petir pada peralatan dan instalasi akan menimbulkan tegangan lebih yang dapat merusak, menuakan atau merubah fungsi.
-          Amerika Serikat
Diperkirakan 1800 kali petir terjadi dalam selang waktu yang sama di Bumi. Florida, Amerika Serikat merupakan salah satu daerah yang paling banyak terjadi petir. Disana Petir terjadi sebanyak 25 juta hingga 30 juta kali pertahun.

3.     Cara mengantisipasi petir
-      Apabila sebuah bangunan yang tinggi dengan memasang penangkal petir. Apabila ada petir akar menyambar alat penangkal kemudian disalurkan melalui kawat besar yang terbuat dari tembaga atau kuningan menuju ke tanah.
-      Apabila terjadi hujan dan petir, lebih baik kita menghindar di tempat terbuka.
-      Untuk menhindari kerusakan alat listri di rumah apabila terjadi hujan dan petir adalah mematikan listri, mencabut saluran antena di televisi, dan mencabut kabel telepon.

4.     Macam – macam Alat Penangkal Petir
-       Franklin Rod
Alat ini berupa kerucut tembaga dengan daerah perlindungan berupa kerucut imajiner dengan sudut puncak 112O . Agar daerah perlindungan besar, Franklin rod dipasang pada pipa besi (dengan tinggi 1-3 meter). Makin jauh dari Franklin rod makin lemah perlindungan di dalam daerah perlindungan tersebut. Franklin rod dapat dilihat berupa tiang-tiang di bubungan atap bangunan.
-      Faraday Cage
Untuk mengatasi kelemahan Franklin Rod karena adanya daerah yang tidak terlindungi dan daerah perlindungan melemah bila jarak makin jauh dari Franklin Rod-nya maka dibuat system Faraday Cage. Faraday Cage mempunyai sistem dan sifat seperti Franklin Rod, tapi pemasangannya di seluruh permukaan atap dengan tinggi tiang yang lebih rendah.
-      Ionization Corona
Sistem ini bersifat menarik petir untuk menyambar ke kepalanya dengan cara memancarkan ion-ion ke udara. Kerapatan ion makin besar bila jarak ke kepalanya semakin dekat. Pemancaran ion dapat menggunakan generator listrik atau batere cadangan (generated ionization) atau secara alamiah (natural ionization). Area perlindungan sistem ini berupa bola dengan radius mencapai sekitar 120 meter dan radius ini akan mengecil sejalan dengan bertambahnya umur. Sistem ini dapat dikenali dari kepalanya yang dikelilingi 3 bilah pembangkit beda tegangan dan dipasang pada tiang tinggi.
-      Radioaktif
Meskipun merupakan sistem penarik petir terbaik, namun sudah dilarang penggunaannya karena radiasi yang dipancarkannya dapat mengganggu kesehatan manusia. Selain itu sistem ini akan berkurang radius pengamanannya bersama waktu sesuai dengan sifat radioaktif.
Petir yang ditarik kemudian disalurkan ke dalam tanah. Macam-macam konduktor yang dapat digunakan untuk mengalirkan energi petir ke tanah serta karakteristik utamanya adalah steel frame (rawan terhadap putus/gagal sambungan yang menyebabkan loncatan petir dan adanya arus induksi di sekeliling arus petir), bare copper (ada arus induksi di sekeliling arus petir), dan coaxial cable (arus induksi disekap di dalam cable)
Sedangkan untuk grounding terminal, dapat berupa batang tembaga, lempeng tembaga atau kerucut tembaga, semakin luas permukaan terminal dan semakin rendah tahanan tanah, maka semakin baik sistem pertanahannya.

5.     Korban –korban Petir
-      Indonesia
1.       Samira (45), pada saat ia sedang bercocok tanam di ladang, ia tewas mengenaskan setelah tersambar petir di Kampung Cogreg, Rt 04/03, Desa Pasir Bolang, Tigaraksa, Tangerang.
2.       Tarmizi (48) warga Desa Jeumpa, Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) tewas seketika akibat disambar petir di muara Pulau Kayu, Kecamatan Susoh, Selasa (30/10/2012) sore. Camat Jeumpa, Yunizar SPd kepada Serambinews.com, mengatakan, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 15.00 WIB saat korban sedang menjala ikan di muara Desa Pulau Kayu, Susoh, tepatnya di Komplek PT Soepindo.
3.       Lima warga, tiga di antaranya adalah satu keluarga, di Dusun I Pekon Tritunggal Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu, tersambar petir sekitar pukul 17.30 wib Senin (7/2). Satu warga dilaporkan meninggal sedangkan empat lainnya mengalami luka bakar.  Korban meninggal adalah Sudarto (58). Sedangkan istrinya Muryani (48) dan anaknya Ririn (10), turut menjadi korban dan mengalami luka-luka. Ketiganya adalah warga RT 02 RW 01 pekon setempat. Dua korban lainnya adalah Supono (40) dan Windi (10).
-      Kamboja
Korban  tewas akibat tersambar petir di Kamboja sepanjang paruh tahun 2010 ini sudah mencapai 35 orang. Angka ini masih jauh dibandingkan data tahun 2009 yang mencapai 140 orang dalam setahun.
Korban terakhir itu adalah Lim Khen (48), penduduk Provinsi Komphong Thom. Ia meninggal pada Jumat (4/6/2010).
“Khen tewas sewaktu ia berjalan pulang ke rumah dari sawahnya,” kata Kepala Polisi Mat Moly sebagaimana dikutip oleh Cambodia Daily.
“Ketika ia melihat hujan, ia meninggalkan sawahnya tempat ia sedang menanam benih. Namun ia tak beruntung dia terlambat untuk menyelamatkan diri dan punggungnya terbakar, sedangkan tengkuknya patah oleh sambaran petir,” kata Moly.
Selama terjangan topan secara terpisah, yang melanda Provinsi Kandal pada Rabu, sambaran petir juga menewaskan lima sapi. Angin keras dan air hujan mengakibatkan 15 warga desa cedera saat terpaan angin keras merusak 16 rumah panggung dan merobohkan atap sembilan rumah lagi di desa Chey Thom dan Vihear Suor.
-      Uguanda

Menurut Mr Hanidu Ssenyonjo, sekretaris pertahanan di desa Mpumudde, hujan mulai pada hari Selasa sekitar pukul 16:00 dan berlangsung sampai hari Rabu, menewaskan tiga orang . Mr Ssenyonjo mengatakan Maria 65 tahun disambar petir saat ia menyiapkan makanan di dapur disaat hujan pada hari Selasa di 18:00,  Godfrey Nyondo (41), meninggal setelah ia tersapu oleh air yang mengalir di dekat rumahnya, ia juga menambahkan bahwa seorang anak delapan tahun diidentifikasi sebagai Faid Mayanze, putra Musa Keryampeera, tersapu oleh air dan tenggelam dalam dasar bendungan di hari Rabu pagi. Sementara itu, Maria Nabunje seorang mahasiswa Tiga Senior di Sekolah St Antony Kawunga Menengah di Masaka, tewas seketika pada hari Selasa setelah dia disambar petir di sekolah.

INTERFERENSI DAN DIFRAKSI

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1      Interferensi Cahaya
Interferensi cahaya terjadi jika dua (atau lebih) berkas cahaya kohern dipadukan. Di bagian ini kita akan mempelajari interferensi antar dua gelombang cahaya kohern. Interferensi dapat bersifat membangun dan merusak. Bersifat membangun jika beda fase kedua gelombag sama sehingga gelombang baru yang terbentuk adalah penjumlahan dari kedua gelombang tersebut.
Dua berkas cahaya disebut kohern jika kedua cahaya itu memeiliki beda fase tetap. Interferensi destruktif (saling melemahkan) terjadi jika kedua gelombang cahaya berbeda fase 180o. Sedangkan interferensi konstruktif (saling menguatkan) terjadi jika kedua gelombang cahaya sefase atau beda fasenya nol. Interferensi destruktif maupun interferensi konstruktif dapat diamati pada pola interferensi yang terjadi.

2.1.1        Interferensi Celah Ganda
Hasil interfensi pada layar yang berupa garis – garis terang dan garis gelap berngantung pada lintasan berkas cahaya dari S1 dan S2.  Apabila jarak kedua celah d jauh lebih kecil dari jarak celah dengan layar l(d<<1), maka beda lintasan untuk sembarang titik P adalah S2P-S1P=S2R=d sin .























































 Berdasarkan gambar di atas, selisih lintasan antara berkas S1 dan d sin θ, dengan d adalah jarak antara dua celah.

Ø  Interferensi Maksimum (Terang)
Interferensi maksimum pada celah ganda akan terjadi jika kedua gelombang memiliki fase yang sama, yaitu ketika beda lintasannya sama dengan nol atau kelipatan dari panjang gelombang. Jadi interferensi maksimum (garis terang) terjadi jika
d sin θ = n λ
 


                                                     dengan n =0, 1, 2, 3, …
atau
p      :  jarak dari terang ke-n dari terang pusat (meter)
d     :  jarak antara kedua celah (meter)
ℓ      :  jarak antara celah dengan layar (meter)
n      :  bilangan (1,2,3…dst)
λ      :  panjang gelombang (meter)

Ø  Interferensi Minimum (Gelap)
Interferensi minimum pada celah ganda akan terjadi jika kedua gelombang berbeda fase sebesar 1800, yaitu ketika beda lintasannya sama dengan bilangan ganjil kali setengah panjang gelombang.
d sin θ = n λ
 



dengan n =0, 1, 2, 3, …
atau
p      :  jarak dari gelap ke-n dari terang pusat (meter)

2.1.2        Interferensi Lapisan Tipis
Interferensi dapat terjadi pada lapisan tipis seperti lapisan sabun dan lapisan minyak. Jika seberkas cahaya mengenai lapisan tipis sabun atau minyak, sebagian berkas cahaya dipantulkan dan sebagian lagi dibiaskan kemudian dipantulkan lagi. Gabungan berkas pantulan langsung dan berkas pantulan setelah dibiaskan ini membentul pola interferensi.

Seberkas cahaya jatuh ke permukaan tipis dengan sudut datang i. Sebagian berkas langsung dipantulkan oleh permukaan lapisan tipis (sinar a), sedangkan sebagian lagi dibiaskan dulu ke dalam lapisan tipis dengan sudut bias r dan selanjutnya dipantulkan kembali ke udara (sinar b).
Sinar pantul yang terjadi akibat seberkas cahaya mengenai medium yang indeks biasnya lebih tinggi akan mengalami pembalikan fase (fasenya berubah 180o), sedangkan sinar pantul dari medium yang indeks biasnya lebih kecil tidak mengalami perubahan fase. Jadi, sinar a mengalami perubahan fase  180o, sedangkan sinar b tidak mengalami perubahan fase. Selisih lintasan antara a dan b adalah 2d cos r.
-          Syarat terjadinya interferensi konstruktif (pola terang):
2d cos r = (m – ½ ) λ ; m = 1, 2, 3, …
-          Syarat terjadinya interferensi destruktif (pola gelap):
2d cos r = m λ ; m = 0, 1, 2, 3, …
2.1.3        Cincin Newton
Fenomena cincin Newton merupakan pola interferensi yang disebabkan oleh peman  tulan cahaya di antara dua permukaan, yaitu permukaan lengkung (lensa cembung) dan permukaan datar yang berdekatan. Ketika diamati menggunakan sinar monokromatis akan terlihat rangkaian pola konsentris (sepusat) berselang-seling antara pola terang dan pola gelap.
Jika diamati dengan cahaya putih (polikromatis), terbentuk pola cincin dengan warna-warni pelangi karena cahaya dengan berbagai panjang gelombang berinterferensi pada ketebalan lapisan yang berbeda. Cincin terang terjadi akibat interferensi destruktif.
Cincin di bagian luar lebih rapat dibandingkan di bagian dalam. Dengan R adalah jari-jari kelengkungan lensa, dan panjang gelombang cahaya dalam kaca adalah λ,
-          Radius cincin terang ke-n, yaitu rn dapat dihitung dengan:
               dengan m = 1, 2, 3, …

-           Radius cincin gelap ke-n, yaitu  rn dapat dihitung dengan rumus:
dengan m = 0, 1, 2, 3, …

2.2      Difraksi Cahaya
Difraksi merupakan peristiwa pelenturan cahaya, karena adanya penghalang misalnya celah kisi. Difraksi juga bisa dijelaskan sebagai "pembelokan cahaya disekitar sebuah rintangan".
Difraksi Fresnel terjadi Apabila suatu seumber cahaya dan layar relatif dekat ke kisi yang membentuk pola difraksi.

Difraksi Fraunhofer terjadi Apabila sumber, kisi dan layar cukup jauh jaraknya, sehingga semua garis dari sumber ke kisi dapat dianggap sejajar. Semakin kecil halangan, penyebaran gelombang semakin besar. Hal ini bisa diterangkan oleh prinsip Huygens.

2.2.1        Difraksi Celah Tunggal
 Berkas cahaya jatuh pada celah tunggal, seperti pada gambar , akan dibelokan dengan sudut  belok θ. Pada layar akan terlihat pola gelap dan terang.Pola gelap dan terang akan terjadi bila mengalami peristiwa interferensi

2.2.2        Difraksi Celah Majemuk (Kisi)
Kisi adalah celah sangat sempit yang dibuat dengan menggores sebuah lempengan kaca dengan intan. Sebuah kisi dapat dibuat 300 sampai 700 celah setiap 1 mm. Pada kisi, setiap goresan merupakan celah. 
 Sebuah kisi memiliki konstanta yang menyatakan banyaknya goresan tiap satu satuan panjang, yang dilambangkan dengan d, yang juga sering dikatakan menjadi lebar celah. Dalam sebuah kisi, lebar celah dengan jarak antara dua celah sama apabila banyaknya goresan tiap satuan panjang dinyatakan dengan N,  
N celah = ~ribuan buah per cm/mm

Pada sebuah kisi yang disinari cahaya yang sejajar dan tegak lurus kisi, dan di belakang kisi ditempatkan sebuah layar, maka pada layar tersebut akan terdapat garis terang dan gelap, jika cahaya yang dipakai adalah monokromatik. Kemudian akan terbentuk deretan spektrum warna, jika cahaya yang digunakan sinar putih (polikromatik). 
Garis gelap dan terang atau pembentukan spektrum akan lebih jelas dan tajam jika celabar celahnya semakin sempit atau konstanta kisinya semakin banyak/besar. Garis gelap dan terang dan spektrum tersebut merupakan hasil interferensi dari cahaya yang berasal dari kisi tersebut yang jatuh pada layar titik/ tempat tertentu.

2.2.3        Pengaruh Difraksi Terhadap Pembesaran Maksimum pada Alat Optik
Difraksi yang terjadi jika cahaya dilewatkan melalui lubang sempit berbentuk lingkaran. seperti lubang pupil mata manusia, D = diameter pupil, S1 dan S2 dua sumber cahaya, seperti dua lampu sorot pada mobil.Pola difraksi yang dihasilkan berbentuk lingkaran pada layar atau retina mata . Pada retina mata ada dua bayangan yang berbentuk lingkaran di S1′ dan S2′, Seperti gambar berikut/gambar daya urai suatu lensa mata/daya urai alat optik.
Pada malam hari  mobil kita akan menyalakan lampu saat  sedang bergerak, pada saat berpapasan dengan mobil lain ayang arahnya berlawan, juga menyalakan lampu, kita akan silau melihat mobil itu. Apa yang terjadi pada mata kita melihat silau/ tidak jelas penglihatan. Terjadinya silau karena pada retina mata bayangan dari dua lampu mobil tidak bisa dipisahkan, seperti pada gambar (a)
Beberapa Kemungkinan Difraksi Cahaya Alat Optik ( Retina mata )
Gambar :
(a) bayangan berimpit dari dua sumber cahaya/dua benda
(b) hampir dapat dipisahkan dari bayangan dari dua sumber cahaya/dua benda
(c) bayangan dari dua sumber cahaya/dua benda tepat dipisahkan
Daya Urai Lensa (d)
Daya urai lensa adalah kemampuan alat optik untuk menghasilkan bayangan yang terpisah dari dua benda yang berdekatan.
Kriteria Rayleigh berbunyi : Dua benda titik tepat dapat dipisahkan jika pusat dari pola difraksi benda pertama berimpit dengan minimum pertama dari difraksi benda kedua.

2.3      Contoh Soal  Interferensi dan Difraksi Cahaya
1.      Pada percobaan interferensi celah ganda menggunakan sinar dengan panjang gelombang 4000 A0, dimana jarak kedua celah 5 mm dan jarak antara celah dengan layar 1 m, maka tentukanlah:
a.       Jarak terang pusat ke terang ketiga
b.      Jarak terang pusat ke gelap kedua
2.      Karel mengamati seberkas sinar monokromatis yang memiliki panjang gelombang 3800 A0 melewati sebuah celah tunggal sehingga terjadi difraksi maksimum orde kedua dengan sudut difraksi 300. Tentukanlah lebar celah tersebut!






2.4      Penyelesaian
1.      Dik         : 
ℓ       =  1 m
d       =  5 mm      =  5 x 10-3 m
λ       =  4000 A0  =  4 x 10-7 m
Dit          :  a. YPt 3…?
                  b. YPg 2…?
Jawab     : 
a. 

b.
 

2.      Dik         : 
λ         =  3800 A0  =  38 x 10-8 m
n         =  2
        =  300
Dit          :       =…?
Jawab     : 
 m

BAB III
PROSES PERCOBAAN
3.1      Alat Dan Bahan
1.      Layar ( 30 x 30 cm)
2.      Kaleng plat celah ( 20 x 20 cm)
3.      Gunting
4.      Isolasiban hitam
5.      Senter cahaya putih
6.      Penggaris/mistar

3.2      Prosedur Percobaan
1.      Mempersiapkan semua alat dan bahan
2.      Membuat celah pada kaleng plat dengan lebar 1 mm pada setiap celah tunggal maupun celah ganda dengan menggunakan pisau lipat.
3.      Dibawahnya, membuat lubang pada plat kaleng dengan menggunakan paku kecil untuk celah bulat tunggal.
4.      Dibawahnya lagi, melubangi plat kaleng dengan bentuk sembarang.
5.      Kaleng plat celah dan layar diletakkan saling berhadapan dengan jarak tertentu. Diusahakan melakukan penyenteran di tempat gelap agar hasil terlihat lebih jelas di layar.
6.      Menyorotkan lampu senter pada kaleng plat celah yang telah dilubangi.
7.      Pada saat melakukan percobaan I (difraksi celah tunggal), semua celah dibawahnya terlebih dahulu ditutup agar sinar senter tidak melewati celah lainnya selain celah pertama. Dan begitu juga seterusnya pada celah ganda, celah bulat tunggal, maupun celah sembarang.
8.      Setelah terlihat terang gelap pada layar, mengukur jarak antara terang pusat ke terang 2 atau gelap ke 2 (pada interferensi celah ganda maupun difraksi celah tunggal) dengan menggunakan mistar.
9.      Kemudian menghitung panjang gelombang cahaya yang dipancarkan oleh lampu senter.



BAB IV
ANALISIS PERCOBAAN
4.1  Percobaan II (Difraksi Celah Tunggal)
-  Pola difraksi maksimum (terang)/jarak antara terang kedua dengan terang pusat.
      Dik      : 
          ℓ  =   30 cm    =  3 x 10­-1 m
          d  =   1 mm     =  10-3 m
          yt2     =           1,5 cm   =          1,5 x 10-2 m                
          n  =   2           
      Dit          :   λ   =           ..?
      Jawab  :  
 

-  Pola difraksi minimum (gelap)/jarak antara gelap kedua dengan terang pusat.
Dik      : 
          ℓ  =   30 cm    =  3 x 10­-1 m
          d  =   1 mm     =  10-3 m
          yg2=  1,5 cm   =  1,5 x 10-2 m             
          n  =   2           
      Dit          :   λ   =           ..?
      Jawab  :  





4.2  Percobaan III (Interferensi Celah Ganda)
-          Interferensi Maksimum (jarak antara terang kedua dengan terang pusat)
      Dik      : 
          ℓ  =   22 cm    =  22 x 10­-2 m
          d  =   0,75 cm =  75 x 10-4 m
          yt2     =           2 cm      =          2 x 10-2 m                   
          n  =   2               
      Dit          :    λ      =  ..?
      Jawab  :    

-          Interferensi Minimum (jarak antara gelap kedua dengan terang pusat)
      Dik      : 
          ℓ  =   22 cm    =  22 x 10­-2 m
          d  =   0,75 cm =  75 x 10-4 m
          yg2=  2 cm      =  2 x 10-2 m                
          n  =   2               
      Dit          :    λ      =  ..?
      Jawab  :     


4.3       Percobaan IV (Difraksi Celah Bulat Tunggal)
-          Pola difraksi maksimum (terang)
      Dik      : 
          ℓ  =   28 cm    =  28 x 10­-2 m
          d  =   0,3 cm   =  3 x 10-4 m
          yt3       =           9 cm      =          9 x 10-2 m                   
          n  =   3               
      Dit          :    λ      =  ..?
      Jawab  :   

-          Pola difraksi minimum (gelap)
Dik      : 
          ℓ  =   28 cm    =  28 x 10­-2 m
          d  =   0,3 cm   =  3 x 10-4 m
          yg3=  9 cm      =  9 x 10-2 m                
          n  =   3               
      Dit          :    λ      =  ..?
   Jawab  :    
=  3λ
       

4.4      Percobaan V (Interferensi celah sembarang)

Pada percobaan kelima ini kami menggunakan bentuk celah sembarang dengan bentuk wajah wanita dengan memiliki mata yang besar, hidung, dan bibir yang tipis. Hal ini bertujuan hanya sebagai inovasi dari dari kami sebagai aplikasi/penerapan dari difraksi dan interferensi cahaya.

BAB VI
PENUTUP
6.1        Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang kami lakukan, kami dapat menyimpulkan bahwa :
1.      Magnet selalu menghasilkan listrik dan listrik selalu menghasilkan magnet.
2.      Semakin besar gaya magnet yang mempengaruhi maka semakin besar pula arus listrik yang dihasilkan begitu pula sebaliknya.
3.      Semakin cepat perubahan medan magnet, maka GGL induksi yang timbul semakin besar.
4.      Semakin banyak lilitannya, maka GGL induksi yang timbul juga semakin besar.
5.      Kekuatan magnet Semakin kuat gelaja kemagnetannya, maka GGL induksi yang timbul juga semakin besar.