Senin, 10 Juni 2013

AKHIR PENANTIAN

AKHIR PENANTIAN
Oleh : Yesy Yohana Sianturi

Tak terasa libur kenaikan kelas telah selesai, kini membuka lembaran baru di SMA yaitu di kelas 3. Pagi hari yang begitu cerah membangunkan Hana, cewe yang hobinya suka menganggu cowo dengan rayuan-rayuan gombalnya bangun dengan senangnya dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Inilah hari pertama sekolah untuk tahun ajaran 2012/2013. Semua murid di bariskan untuk dibagi kelasnya sesuai aturan sekolah. Dengan rasa penasaran sekaligus gugup Hana menunggu pembagian kelas.  Hana berharap agar ia satu kelas dengan sahabatnya yaitu Vita. Saat pembagian kelas, yaitu di kelas XII ipa1 nama sahabatnya yaitu Vita disebutkan. Dengan rasa takut, Hana terus menunggu namanya disebutkan di kelas yang sama dengan sahabatnya. Ketika nama Hana disebutkan dengan senangnya Ia berlari kea rah Vita dan memeluknya karna harapan mereka untuk tetap bersama di kelas 3 SMA terwujud.
Dengan hati yang senang, Hana dan Vita memasuki kelas baru mereka. Semua siswa yang lain telah mengambil tempat duduknya masing-masing dan di sana hanya tertinggal 1 meja saja yang berada di depan.
“hah.., mau gak mau kita harus duduk di depan, Han” Vita menghela nafasnya sambil mempersilahkan Hana duduk di dekat dinding. Sekali lagi Vita menghembuskan nafas yang lebih keras dan mulai menundukkan kepalanya ke atas meja.
Baru saja mereka duduk, Anto teman SD Hana dan Vita datang mendekati mereka. “haha.., kita sekelas di kelas 3 ini” dengan senangnya dia mulai mengganggu Vita yang tadi sedang menundukkan kepalanya di atas meja.
“apa? Kita sekelas? Aduh kenapa harus sekelas ama kamu. Ini adalah awal tahun ajaran baru yang paling sial buat ku” seru Hana dengan rasa tak percaya. Dia sangat membenci Anto yang mulai dari SD selalu mengejeknya karna mata Hana yang lebar.
“loh.. kok gitu ngomongnya? Bukannya kamu senang kalau bisa sekelas sama ku yah?” goda Anto sambil mencolek dagu cewe yang sangat membencinya itu. Walaupun demikian Anto tahu bagaimana bencinya cewe itu kepadanya sejak dulu, perasaan Anto yang sudah muncul ketika mereka masih SD tidak berubah.
Vita yang melihat tingkah temannya itu hanya diam dan bingung karna sejak SD dua orang ini selalu saja ribut adu mulut saja. “udahlah kalian itu ribut terus tahu, aku jadi tambah pusing. Apa kalian berdua gak tau ini itu pelajaran pertama dan yang masuk itu adalah guru Killer, sudah duduk sana kau Anto!” berdiri sambil mendorong Anto ke arah tempat duduknya semula.
Hari itu, pelajaran pertama adalah fisika yang gurunya adalah pak Dion yang sangat disiplin terhadap waktu dan pekerjaannya. Dengan langkah yang gagah Pak Dion memasuki kelas XII ipa1. Hana dan Vita yang mulai kelas XI telah diajari oleh beliau sangat ketakutan dan gugup karna pastinya mereka akan disuruh ke depan untuk mengerjakan soal.
Namun untuk pertemuan pertama ini, Pak Dion hanya memberi penjelasan mengenai semua yang berhubungan dengan kelas karena untuk tahun ajaran ini pria ini adalah wali kelas XII ipa1.
Setelah bel berbunyi yang menandakan waktu istirahat Pak Dion keluar meninggalkan kelas. Anto dengan teman semejanya yaitu Gunawan langsung buru-buru keluar dan pergi ke kantin untuk makan.
“ke kantin yo Han, aku lapar!” Vita menarik tangan Hana yang sedang duduk santai di kursinya. Tanpa melihat sekelilingnya ternyata Anto sudah ada di depan Hana yang sedang berjalan sambil menunduk.
“hai Han,” dengan gayanya yang bersandar ke dinding sambil menutup jalan Hana.
“eh..” reflex Hana yang tekejut karna Anto ada di depannya. Anto memberi senyumnya yang terbaik untuk cewe yang ia sukai itu.
“jelek, awas ah! Aku mau lewat. Vit, tunggu! Lihat dulu si Anto ini!” jerit Hana sambil meminta pertolongan kepada sahabatnya itu agar ia membantunya lepas dari cowo yang sangat ia benci itu.
“Anto, kami mau makan. Cepatlah kasih dia lewat!” bela Vita, untuk melepaskan sahabatnya itu dari Anto. Karna Vita yang menyuruhnya, Anto langsung melepaskan Hana dan memberi jalan untuk cewe itu.
Di depan pintu kelas, Anto dan Gunawan sudah berdiri. Ntah apa yang sedang mereka lakukan, tanpa berpikir lama Vita dan Hana berjalan menerobos mereka yang menutupi pintu kelas itu. Hana yang berada di belakang dijegat mereka agar tidak dapat masuk ke dalam kelas.
“apanya? Awaslah! Jangan kaya gini dong!” jawab Hana yang terduduk di lantai dengan rasa ketakutan. Sejak SD, setiap lelaki yang mendekatinya dengan cara menjegatnya ia selalu merasa ketakutan, karna ia berpikir laki-laki itu akan berbuat yang aneh-aneh terhadapnya. Hana tetap terduduk di lantai agar Anto dan Gunawan mengira dia menangis dan akhirnya melepaskannya.
“minta dulu no hp mu!” Tanya Anto sambil ikut duduk di lantai tetap dengan menghadap cewe yang ia sukai itu.
“aku gak punya hp” ucap Hana bohong tetap menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
“oh yaudahlah, kalau gitu kamu gak boleh pergi kemana-mana, kamu harus tetap duduk kaya gini di sini” jawab Anto sambil tersenyum sinis untuk menakut-nakuti wanita itu.
Melihat tingkah cewe yang ia sukai tetap seperti itu, Anto tersenyum dan menarik tangan cewe itu. “udahlah, ayo berdiri!” dengan wajah yang senang Anto memegang kedua tangan cewe itu.
Ketika membuka matanya sambil berdiri, Hana melihat Gunawan yang terlihat ganteng pada saat itu. Pada pandangan pertama, Hana mulai menyukai Gunawan.
“udahlah Joy, ayo masuk!” seru Gunawan sambil memukul bahu sahabatnya itu. Anto dan Gunawan pergi meninggalkan Hana yang masih berdiri di tempatnya sambil memeluk bahu satu sama lain.
Hana berjalan ke arah tempat duduknya dengan jantung yang masih berdebar kencang karna merasakan perasaan yang aneh ketika ia melihat Gunawan.
Duduk di kursinya, Hana tersenyum sendiri sehingga membuat Vita sahabatnya bingung dan penasaran. “Kenapa Han, ketemu cowo ganteng yah?” goda Vita sambil mecolek pipi sahabatnya itu.
“hem, kayanya aku mulai suka deh sama semejanya Anto.” Gumam Hana sambil tersenyum gembira kepada Vita.
“hah? Serius? Janganlah gitu Han, kan kamu tau Anto itu suka sama kamu. Nanti mereka pasti jadi berantem kalau Anto tahu kamu suka sama teman semejanya. Aku minta kamu hilanginlah perasaan sukamu sama Gunawan yang baru aja kamu rasain itu” jawab Vita terkejut dan memberi penjelasan kepada sahabat baiknya itu.
“hem, iyah iyah. Aku akan ngelupain dia deh,” jawab Hana cemberut sambil menundukkan kepalanya ke atas meja.
Malam harinya, Hana mengecek hpnya untuk melihat apakah ada pesan yang masuk. Selang beberapa detik, ada panggilan dari nomor yang tidak diketahui ke hp Hana.
“halo?” jawab Hana bingung karna tidak ada suara yang menjawab dari arah sana.
“halo?” tanyanya kembali
“Han? Ini aku Anto” jawabnya gugup.
“hah? Dari mana kamu tahu nomor hp ku?” Tanya Hana terkejut dengan kesal.
“dari Vita, tadi waktu pulang sekolah aku minta”
“oh, kenapa Vita ngasih nomor hp ku sama kamu?” ucap Hana geram karna Vita yang telah memberi nomor hpnya kepada pria yang sangat ia benci itu.
“maaf Hana..” jawab Anto dengan nada rendah.
“Ah,, ntahlah, aku males ngomong sama kamu” Hana menyela ucapan Anto dan menutup telepon. Sekali lagi ia menghembuskan nafas panjang, lalu menatap hp nya dengan kesal.

***
Sampai di sekolah, Hana segera marah-marah kepada Vita karna telah memberikan nomor hpnya kepada Anto. Vita hanya bisa diam karena dia tahu bagaimana sahabatnya itu kalau sedang marah.
Hana pergi meninggalkan Vita yang hanya duduk diam di kursinya. Di luar kelas Hana di eperan kelas sambil meredakan kemarahannya.
Anto dan Gunawan datang bersama di pagi itu. Melihat Hana duduk diam termenung di depan kelas, Anto datang mengganggunya.
“Hana sayang, masih marah yah? Maaf deh!” godanya ditambah senyum manis yang dipancarkan bibir tipis Anto kepada wanita itu.
“gak tahu ah, jangan ganggu aku lagi! Aku benci sama kamu, waktu SD kamu selalu mengejekku dan itu yang membuatku tidak suka melihatmu dan akhirnya membuat ku sangat membencimu,” seru Hana dengan nada yang keras.
“itukan waktu SD, sekarang aku gak akan ngejekin kamu lagi. Aku minta maaf kalau sudah buat kamu selalu menangis dulu,” ucap Anto dengan nada rendah sambil melipat tangannya memohon maaf kepada Hana.
“Aku mau maafin kamu, tapi kamu harus janji gak akan pernah ngejek aku lagi. Apapun itu, semua macam ejekan-ejekan yang kamu buat untukku mulai hari ini harus kamu hapusin dan jangan pernah lagi ucapkan itu!” kata Hana memberi syarat pada Anto yang masih melipat tangannya.
“Iyah, aku janji mulai sekarang gak akan pernah ngejek kamu lagi,” jawabnya sambil mengangkat tangan kanannya dengan mengeluarkan dua jari tandanya bersumpah.
Gunawan yang ada di antara mereka hanya bisa diam dan tidak memberikan respon apapun dengan apa yang dilihatnya barusan. Gunawan memang orang yang tidak pernah mau tahu urusan orang lain karna dia tipe orang yang bawaannya tenang dan terlihat tidak pernah memiliki masalah apapun.
Dengan perasaannya yang sangat senang Anto dan Gunawan berjalan masuk bersama dan meninggalkan Hana.
Hana memandang kepergian dua sekawan itu dengan banyak pertimbangan yang ada di otaknya, ntah pikiran apa saja itu ia sendiri pun bingung tapi yang jelas setelah melihat wajah Gunawan yang tidak pernah memiliki respon apapun atau bisa dibilang orang yang cuek, Hana berpikir kalau dia bukan tipe cowo yang bisa pacaran karna sifatnya yang seperti itu.
Hana menghela nafas dan berdiri untuk memasuki ruangan kelas. Vita yang sejak tadi diam melihat kedatangan Hana dan langsung berdiri untuk memberi jalan agar Hana dapat duduk ke dalam.
“Han, aku minta maaf. Aku gak bermaksud yang aneh-aneh kok.” Vita memohon maaf dengan nadah lirih.
“iyah, udahlah! aku juga minta maaf karna udah marahin kamu. Tadi aku udah baikan sama Anto, Vit.” Jawab Vita sambil mengelus bahu Vita untuk menenangkan perasaan sahabatnya itu yang tadi pagi ia marahi.
“hah? Serius Han?” tanyanya terkejut dengan suara yang keras sehingga membuat semua mata di kelas itu tertuju pada mereka berdua. Vita menutup mulutnya dan menunduk malu karena tindakannya yang refleks tadi.
“Ah apa iyah? Gak salah dengar aku kan, Hana?” tanyanya sekali lagi sambil memegang kedua bahu Hana.
“Iyah, tadi dia sudah minta maaf dan janji gak akan ngejek aku kaya dulu lagi dan aku pun mau maafin dia. Kan benci sama orang secara berlebihan juga gak baik,” jawabnya Hana dengan respon yang biasa saja.
“Iyah, nanti kamu bisa jadi benar-benar cinta sama Anto kalau kamu terus benci dia,” goda Vita dengan senyuman yang tersungging di bibirnya.
Begitu bel istirahat berbunyi, Anto langsung datang ke depan meja Hana dan Vita. Vita yang ada urusan dengan sekretaris kelas pergi ke kantor guru meninggalkan Hana sendirian di kursinya.
“Hana, nanti malam balas sms ku yah?” kata Anto yang berdiri tidak bisa diam dengan maju mundur di depan meja Hana.
“hem” jawab Hana tetap menunduk seperti tidak menghiraukan kedatangan Anto.
“ishh, gitu doang responnya?” tanyanya kesal.
“terus mau gimana lagi? Hah?” Tanya Hana menghadap Anto yang diwajahnya tampak kekecewaan yang sangat jelas karena sifat Hana yang tidak berubah kepadanya meski mereka sudah berteman.
“jangan ginilah Han, masa kita udah berteman tapi responmu tetap aja kaya gitu sama ku tetap cuek,” protes Anto dengan suaranya yang mengecil.
“Iyah, maaf yah Anto. Nanti malam aku akan balas sms dari kamu,” jawab Hana dengan senyum yang ia paksakan terpancar dari bibirnya.
“makasih Hana,” jawabnya. Meski tidak puas dengan sikap Hana yang tidak berubah terhadap dirinya, namun Anto berusaha untuk tidak terlihat sebagai pria yang mudah menyerah untuk mendapatkan hati Hana.
Hana lagi-lagi menghela nafasnya. Dia memperhatikan sekeliling ruangan kelas dan pandangannya tertuju pada Gunawan yang sedang tertawa keras dengan temannya yaitu Lisa. Teman sekelas Gunawan sejak kelas 1 SMA sampai kelas 3 SMA dan duduknya pun di depan meja Gunawan dan Anto.
Dari depan Hana hanya bisa memandang kedekatan kedua orang itu. Di dalam hati Hana ada rasa yang timbul untuk ikut bersama dengan mereka tertawa bersama, namun mengingat sifat Gunawan yang cuek Hana langsung mengurungkan niatnya.

***

Sampai di rumah karena lelahnya setelah les disekolah sehingga pulang sore, Hana langsung mandi dan tidur hingga malam tiba.
Hp Hana yang ia letakkan di atas meja berdering dan membangungkan Hana yang sudah nyenyak tidur.
“halo, siapa ini?” jawab Hana kurang jelas dengan mata yang tertutup kembali setelah mengambil hp yang berada di atas meja belajarnya.
“Hana, ini aku Anto,” Tanya Anto bingung mendengar suara Hana yang kurang jelas di sebrang sana.
“hah, mau apa kamu? Kenapa malam – malam gini nelefon?” Tanya Hana yang masih belum sadar akan apa yang ia katakana di telepon.
“loh, aku kan sudah bilang mau sms kamu, kenapa kamu tidak ingat?” Tanya Anto yang lagi-lagi kesal dibuat Hana karna ia tidak pernah menghiraukan perkataan Anto.
“oh, kamu Anto,” jawab Hana tersadar dari tidurnya karna dia merasa sudah ingkar janji terhadap Anto.
“hem,” dehem Anto karna sudah kesal.
“maaf, tadi aku ketiduran. Eh, tapi kamu bilangkan mau sms bukan nelefon, ini kok malah nelefon?” ucap Hana yang sengaja menyindir Anto dengan halus.
“aku nelefon aja respon kamu kaya gini, gimana kalau aku sms pasti kamu gak akan balas sms ku,” jawab Anto mencari alasan yang logis agar Hana tidak marah kepadanya.
“hem iyah, oh iyah mau ngomong apa?” Tanya Hana dengan tujuan agar dapat secepat mungkin menutup telefon dari pria yang selalu mengejar-ngejarnya itu.
“sebenarnya aku cuma mau dengar suara kamu aja, udah kangen sama kamu,” jawab Anto dengan nada malu-malu.
“oh, bisa gak sih kalau kamu itu gak usah ngegombal. Aku itu lebih jago ngegombal dari pada kamu tahu,” jawab Hana menyombongkan diri kepada pria yang sedang berbicara dengan dia itu.
“Tapi aku rasa aku enggak ngegombal, itu kenyataan,” jawabnya dengan suara serius.
“Oh iyahnya? Jangan bohong! Kamu mau tahu gimana kelebihanku dalam ngegombal? Tapi takutnya kamu akan lebih terpesona lagi kepadaku,” ujar Hana tambah menyombongkan diri.
“yasudah, coba apa sih gombalan mu untuk aku? Aku mau dengar,” Tanya Anto dengan rasa penasaran yang besar.
“ini yah, satu dibagi dua berapa?” Tanya Hana.
“satu dibagi dua yang setengahlah,” jawab Anto dengan tegas dan penuh rasa percaya diri.
“Apa setengah? Mana mungkin satu satunya hatiku yang kuberikan untuk kamu aku bagi dua dengan orang lain gak bisa tahu,” jawab Hana tertawa karena ia  merasa telah menang jauh di atas pria yang mengejar-ngejar dia itu.
“argh, ngeri juga kamu yah,” jawabnya kesal dan merasa malu juga ternyata memang benar cewe yang ia sukain itu adalah cewe yang pandai menggombal, pantas saja semua teman-temannya di kelas 1 dan 2 SMA memberi predikat cewe tukang gombal kepada wanita yang ia sukai itu.
“hem, udah yah. Aku mau tidur lagi,” jawab Hana dan langsung menutup telepon dari Anto dan kembali tidur tanpa memikirkan apa yang telah ia bicarakan dengan teman SD nya itu.
Anto yang merasa kalah tetap tersenyum senang karna ia telah bicara dengan wanita yang ia sukai sambil tertawa bersama meskipun itu hanya sebentar saja.
***

Tentang
Pengarang

Saya adalah Yesy Yohana Sianturi, siswi yang kini duduk si kelas XII ipa1 di SMA Negeri 2 Lubuk Pakam. Ia lahir di Tangerang pada tanggal 24 Juni 1995. Saat ini saya tinggal di kota Lubukpakam. Menonton dan bermain game adalah hobinya sejak ia SD.
Saya anak kedua dari tiga bersaudara yang terlahir dari keluarga yang harmonis.
Seribu Tahun adalah cerpen pertama yang saya buat. Cerpen ini memuat tentang orang yang saya kasihi di masa SMA saya kini. Orang yang pernah membuat saya merasa sangat disayangi oleh orang lain. Dan akhirnya ia pergi dan membuatku merasa sangat bersalah tetapi aku harus terus senang untuk mewujudkan apa yang ia inginkan.
Selain untuk mengenang orang yang saya kasihi, cerpen ini juga bertujuan untuk nilai praktek Bahasa Indonesia yang ditugaskan oleh Pak Ripa  Irwansyah, S.Pd.

Yesy Yohana Sianturi
FB                :  Yesy Shona Sianturi

Email          :  yesyyohana@yahoo.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar