AKHIR PENANTIAN
Oleh : Yesy Yohana
Sianturi
Tak terasa libur kenaikan kelas telah selesai,
kini membuka lembaran baru di SMA yaitu di kelas 3. Pagi hari yang begitu cerah
membangunkan Hana, cewe yang hobinya suka menganggu cowo dengan rayuan-rayuan
gombalnya bangun dengan senangnya dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.
Inilah hari pertama sekolah untuk tahun ajaran 2012/2013. Semua murid di
bariskan untuk dibagi kelasnya sesuai aturan sekolah. Dengan rasa penasaran
sekaligus gugup Hana menunggu pembagian kelas.
Hana berharap agar ia satu kelas dengan sahabatnya yaitu Vita. Saat
pembagian kelas, yaitu di kelas XII ipa1 nama sahabatnya yaitu Vita disebutkan.
Dengan rasa takut, Hana terus menunggu namanya disebutkan di kelas yang sama
dengan sahabatnya. Ketika nama Hana disebutkan dengan senangnya Ia berlari kea
rah Vita dan memeluknya karna harapan mereka untuk tetap bersama di kelas 3 SMA
terwujud.
Dengan hati yang senang, Hana dan Vita memasuki
kelas baru mereka. Semua siswa yang lain telah mengambil tempat duduknya
masing-masing dan di sana hanya tertinggal 1 meja saja yang berada di depan.
“hah.., mau gak mau kita harus duduk di depan,
Han” Vita menghela nafasnya sambil mempersilahkan Hana duduk di dekat dinding.
Sekali lagi Vita menghembuskan nafas yang lebih keras dan mulai menundukkan
kepalanya ke atas meja.
Baru saja mereka duduk, Anto teman SD Hana dan Vita
datang mendekati mereka. “haha.., kita sekelas di kelas 3 ini” dengan senangnya
dia mulai mengganggu Vita yang tadi sedang menundukkan kepalanya di atas meja.
“apa? Kita sekelas? Aduh kenapa harus sekelas ama
kamu. Ini adalah awal tahun ajaran baru yang paling sial buat ku” seru Hana
dengan rasa tak percaya. Dia sangat membenci Anto yang mulai dari SD selalu
mengejeknya karna mata Hana yang lebar.
“loh.. kok gitu ngomongnya? Bukannya kamu senang
kalau bisa sekelas sama ku yah?” goda Anto sambil mencolek dagu cewe yang
sangat membencinya itu. Walaupun demikian Anto tahu bagaimana bencinya cewe itu
kepadanya sejak dulu, perasaan Anto yang sudah muncul ketika mereka masih SD
tidak berubah.
Vita yang melihat tingkah temannya itu hanya diam
dan bingung karna sejak SD dua orang ini selalu saja ribut adu mulut saja.
“udahlah kalian itu ribut terus tahu, aku jadi tambah pusing. Apa kalian berdua
gak tau ini itu pelajaran pertama dan yang masuk itu adalah guru Killer, sudah
duduk sana kau Anto!” berdiri sambil mendorong Anto ke arah tempat duduknya
semula.
Hari itu, pelajaran pertama adalah fisika yang
gurunya adalah pak Dion yang sangat disiplin terhadap waktu dan pekerjaannya.
Dengan langkah yang gagah Pak Dion memasuki kelas XII ipa1. Hana dan Vita yang
mulai kelas XI telah diajari oleh beliau sangat ketakutan dan gugup karna
pastinya mereka akan disuruh ke depan untuk mengerjakan soal.
Namun untuk pertemuan pertama ini, Pak Dion hanya
memberi penjelasan mengenai semua yang berhubungan dengan kelas karena untuk
tahun ajaran ini pria ini adalah wali kelas XII ipa1.
Setelah bel berbunyi yang menandakan waktu
istirahat Pak Dion keluar meninggalkan kelas. Anto dengan teman semejanya yaitu
Gunawan langsung buru-buru keluar dan pergi ke kantin untuk makan.
“ke kantin yo Han, aku lapar!” Vita menarik tangan
Hana yang sedang duduk santai di kursinya. Tanpa melihat sekelilingnya ternyata
Anto sudah ada di depan Hana yang sedang berjalan sambil menunduk.
“hai Han,” dengan gayanya yang bersandar ke
dinding sambil menutup jalan Hana.
“eh..” reflex Hana yang tekejut karna Anto ada di
depannya. Anto memberi senyumnya yang terbaik untuk cewe yang ia sukai itu.
“jelek, awas ah! Aku mau lewat. Vit, tunggu! Lihat
dulu si Anto ini!” jerit Hana sambil meminta pertolongan kepada sahabatnya itu
agar ia membantunya lepas dari cowo yang sangat ia benci itu.
“Anto, kami mau makan. Cepatlah kasih dia lewat!”
bela Vita, untuk melepaskan sahabatnya itu dari Anto. Karna Vita yang
menyuruhnya, Anto langsung melepaskan Hana dan memberi jalan untuk cewe itu.
Di depan pintu kelas, Anto dan Gunawan sudah
berdiri. Ntah apa yang sedang mereka lakukan, tanpa berpikir lama Vita dan Hana
berjalan menerobos mereka yang menutupi pintu kelas itu. Hana yang berada di
belakang dijegat mereka agar tidak dapat masuk ke dalam kelas.
“apanya? Awaslah! Jangan kaya gini dong!” jawab
Hana yang terduduk di lantai dengan rasa ketakutan. Sejak SD, setiap lelaki
yang mendekatinya dengan cara menjegatnya ia selalu merasa ketakutan, karna ia
berpikir laki-laki itu akan berbuat yang aneh-aneh terhadapnya. Hana tetap
terduduk di lantai agar Anto dan Gunawan mengira dia menangis dan akhirnya
melepaskannya.
“minta dulu no hp mu!” Tanya Anto sambil ikut
duduk di lantai tetap dengan menghadap cewe yang ia sukai itu.
“aku gak punya hp” ucap Hana bohong tetap menutupi
wajahnya dengan kedua tangannya.
“oh yaudahlah, kalau gitu kamu gak boleh pergi
kemana-mana, kamu harus tetap duduk kaya gini di sini” jawab Anto sambil
tersenyum sinis untuk menakut-nakuti wanita itu.
Melihat tingkah cewe yang ia sukai tetap seperti
itu, Anto tersenyum dan menarik tangan cewe itu. “udahlah, ayo berdiri!” dengan
wajah yang senang Anto memegang kedua tangan cewe itu.
Ketika membuka matanya sambil berdiri, Hana
melihat Gunawan yang terlihat ganteng pada saat itu. Pada pandangan pertama,
Hana mulai menyukai Gunawan.
“udahlah Joy, ayo masuk!” seru Gunawan sambil
memukul bahu sahabatnya itu. Anto dan Gunawan pergi meninggalkan Hana yang
masih berdiri di tempatnya sambil memeluk bahu satu sama lain.
Hana berjalan ke arah tempat duduknya dengan jantung
yang masih berdebar kencang karna merasakan perasaan yang aneh ketika ia
melihat Gunawan.
Duduk di kursinya, Hana tersenyum sendiri sehingga
membuat Vita sahabatnya bingung dan penasaran. “Kenapa Han, ketemu cowo ganteng
yah?” goda Vita sambil mecolek pipi sahabatnya itu.
“hem, kayanya aku mulai suka deh sama semejanya
Anto.” Gumam Hana sambil tersenyum gembira kepada Vita.
“hah? Serius? Janganlah gitu Han, kan kamu tau
Anto itu suka sama kamu. Nanti mereka pasti jadi berantem kalau Anto tahu kamu suka
sama teman semejanya. Aku minta kamu hilanginlah perasaan sukamu sama Gunawan
yang baru aja kamu rasain itu” jawab Vita terkejut dan memberi penjelasan
kepada sahabat baiknya itu.
“hem, iyah iyah. Aku akan ngelupain dia deh,”
jawab Hana cemberut sambil menundukkan kepalanya ke atas meja.
Malam harinya, Hana mengecek hpnya untuk melihat
apakah ada pesan yang masuk. Selang beberapa detik, ada panggilan dari nomor
yang tidak diketahui ke hp Hana.
“halo?” jawab Hana bingung karna tidak ada suara
yang menjawab dari arah sana.
“halo?” tanyanya kembali
“Han? Ini aku Anto” jawabnya gugup.
“hah? Dari mana kamu tahu nomor hp ku?” Tanya Hana
terkejut dengan kesal.
“dari Vita, tadi waktu pulang sekolah aku minta”
“oh, kenapa Vita ngasih nomor hp ku sama kamu?”
ucap Hana geram karna Vita yang telah memberi nomor hpnya kepada pria yang
sangat ia benci itu.
“maaf Hana..” jawab Anto dengan nada rendah.
“Ah,, ntahlah, aku males ngomong sama kamu” Hana
menyela ucapan Anto dan menutup telepon. Sekali lagi ia menghembuskan nafas
panjang, lalu menatap hp nya dengan kesal.
***
Sampai di sekolah, Hana segera marah-marah kepada
Vita karna telah memberikan nomor hpnya kepada Anto. Vita hanya bisa diam
karena dia tahu bagaimana sahabatnya itu kalau sedang marah.
Hana pergi meninggalkan Vita yang hanya duduk diam
di kursinya. Di luar kelas Hana di eperan kelas sambil meredakan kemarahannya.
Anto dan Gunawan datang bersama di pagi itu.
Melihat Hana duduk diam termenung di depan kelas, Anto datang mengganggunya.
“Hana sayang, masih marah yah? Maaf deh!” godanya
ditambah senyum manis yang dipancarkan bibir tipis Anto kepada wanita itu.
“gak tahu ah, jangan ganggu aku lagi! Aku benci
sama kamu, waktu SD kamu selalu mengejekku dan itu yang membuatku tidak suka
melihatmu dan akhirnya membuat ku sangat membencimu,” seru Hana dengan nada
yang keras.
“itukan waktu SD, sekarang aku gak akan ngejekin
kamu lagi. Aku minta maaf kalau sudah buat kamu selalu menangis dulu,” ucap
Anto dengan nada rendah sambil melipat tangannya memohon maaf kepada Hana.
“Aku mau maafin kamu, tapi kamu harus janji gak
akan pernah ngejek aku lagi. Apapun itu, semua macam ejekan-ejekan yang kamu
buat untukku mulai hari ini harus kamu hapusin dan jangan pernah lagi ucapkan
itu!” kata Hana memberi syarat pada Anto yang masih melipat tangannya.
“Iyah, aku janji mulai sekarang gak akan pernah
ngejek kamu lagi,” jawabnya sambil mengangkat tangan kanannya dengan
mengeluarkan dua jari tandanya bersumpah.
Gunawan yang ada di antara mereka hanya bisa diam
dan tidak memberikan respon apapun dengan apa yang dilihatnya barusan. Gunawan
memang orang yang tidak pernah mau tahu urusan orang lain karna dia tipe orang
yang bawaannya tenang dan terlihat tidak pernah memiliki masalah apapun.
Dengan perasaannya yang sangat senang Anto dan
Gunawan berjalan masuk bersama dan meninggalkan Hana.
Hana memandang kepergian dua sekawan itu dengan
banyak pertimbangan yang ada di otaknya, ntah pikiran apa saja itu ia sendiri
pun bingung tapi yang jelas setelah melihat wajah Gunawan yang tidak pernah
memiliki respon apapun atau bisa dibilang orang yang cuek, Hana berpikir kalau
dia bukan tipe cowo yang bisa pacaran karna sifatnya yang seperti itu.
Hana menghela nafas dan berdiri untuk memasuki
ruangan kelas. Vita yang sejak tadi diam melihat kedatangan Hana dan langsung
berdiri untuk memberi jalan agar Hana dapat duduk ke dalam.
“Han, aku minta maaf. Aku gak bermaksud yang
aneh-aneh kok.” Vita memohon maaf dengan nadah lirih.
“iyah, udahlah! aku juga minta maaf karna udah
marahin kamu. Tadi aku udah baikan sama Anto, Vit.” Jawab Vita sambil mengelus
bahu Vita untuk menenangkan perasaan sahabatnya itu yang tadi pagi ia marahi.
“hah? Serius Han?” tanyanya terkejut dengan suara
yang keras sehingga membuat semua mata di kelas itu tertuju pada mereka berdua.
Vita menutup mulutnya dan menunduk malu karena tindakannya yang refleks tadi.
“Ah apa iyah? Gak salah dengar aku kan, Hana?”
tanyanya sekali lagi sambil memegang kedua bahu Hana.
“Iyah, tadi dia sudah minta maaf dan janji gak
akan ngejek aku kaya dulu lagi dan aku pun mau maafin dia. Kan benci sama orang
secara berlebihan juga gak baik,” jawabnya Hana dengan respon yang biasa saja.
“Iyah, nanti kamu bisa jadi benar-benar cinta sama
Anto kalau kamu terus benci dia,” goda Vita dengan senyuman yang tersungging di
bibirnya.
Begitu bel istirahat berbunyi, Anto langsung
datang ke depan meja Hana dan Vita. Vita yang ada urusan dengan sekretaris
kelas pergi ke kantor guru meninggalkan Hana sendirian di kursinya.
“Hana, nanti malam balas sms ku yah?” kata Anto
yang berdiri tidak bisa diam dengan maju mundur di depan meja Hana.
“hem” jawab Hana tetap menunduk seperti tidak
menghiraukan kedatangan Anto.
“ishh, gitu doang responnya?” tanyanya kesal.
“terus mau gimana lagi? Hah?” Tanya Hana menghadap
Anto yang diwajahnya tampak kekecewaan yang sangat jelas karena sifat Hana yang
tidak berubah kepadanya meski mereka sudah berteman.
“jangan ginilah Han, masa kita udah berteman tapi
responmu tetap aja kaya gitu sama ku tetap cuek,” protes Anto dengan suaranya
yang mengecil.
“Iyah, maaf yah Anto. Nanti malam aku akan balas
sms dari kamu,” jawab Hana dengan senyum yang ia paksakan terpancar dari
bibirnya.
“makasih Hana,” jawabnya. Meski tidak puas dengan
sikap Hana yang tidak berubah terhadap dirinya, namun Anto berusaha untuk tidak
terlihat sebagai pria yang mudah menyerah untuk mendapatkan hati Hana.
Hana lagi-lagi menghela nafasnya. Dia
memperhatikan sekeliling ruangan kelas dan pandangannya tertuju pada Gunawan
yang sedang tertawa keras dengan temannya yaitu Lisa. Teman sekelas Gunawan
sejak kelas 1 SMA sampai kelas 3 SMA dan duduknya pun di depan meja Gunawan dan
Anto.
Dari depan Hana hanya bisa memandang kedekatan
kedua orang itu. Di dalam hati Hana ada rasa yang timbul untuk ikut bersama
dengan mereka tertawa bersama, namun mengingat sifat Gunawan yang cuek Hana langsung
mengurungkan niatnya.
***
Sampai di rumah karena lelahnya setelah les
disekolah sehingga pulang sore, Hana langsung mandi dan tidur hingga malam
tiba.
Hp Hana yang ia letakkan di atas meja berdering
dan membangungkan Hana yang sudah nyenyak tidur.
“halo, siapa ini?” jawab Hana kurang jelas dengan
mata yang tertutup kembali setelah mengambil hp yang berada di atas meja
belajarnya.
“Hana, ini aku Anto,” Tanya Anto bingung mendengar
suara Hana yang kurang jelas di sebrang sana.
“hah, mau apa kamu? Kenapa malam – malam gini
nelefon?” Tanya Hana yang masih belum sadar akan apa yang ia katakana di
telepon.
“loh, aku kan sudah bilang mau sms kamu, kenapa
kamu tidak ingat?” Tanya Anto yang lagi-lagi kesal dibuat Hana karna ia tidak
pernah menghiraukan perkataan Anto.
“oh, kamu Anto,” jawab Hana tersadar dari tidurnya
karna dia merasa sudah ingkar janji terhadap Anto.
“hem,” dehem Anto karna sudah kesal.
“maaf, tadi aku ketiduran. Eh, tapi kamu bilangkan
mau sms bukan nelefon, ini kok malah nelefon?” ucap Hana yang sengaja menyindir
Anto dengan halus.
“aku nelefon aja respon kamu kaya gini, gimana
kalau aku sms pasti kamu gak akan balas sms ku,” jawab Anto mencari alasan yang
logis agar Hana tidak marah kepadanya.
“hem iyah, oh iyah mau ngomong apa?” Tanya Hana
dengan tujuan agar dapat secepat mungkin menutup telefon dari pria yang selalu
mengejar-ngejarnya itu.
“sebenarnya aku cuma mau dengar suara kamu aja,
udah kangen sama kamu,” jawab Anto dengan nada malu-malu.
“oh, bisa gak sih kalau kamu itu gak usah
ngegombal. Aku itu lebih jago ngegombal dari pada kamu tahu,” jawab Hana
menyombongkan diri kepada pria yang sedang berbicara dengan dia itu.
“Tapi aku rasa aku enggak ngegombal, itu
kenyataan,” jawabnya dengan suara serius.
“Oh iyahnya? Jangan bohong! Kamu mau tahu gimana
kelebihanku dalam ngegombal? Tapi takutnya kamu akan lebih terpesona lagi
kepadaku,” ujar Hana tambah menyombongkan diri.
“yasudah, coba apa sih gombalan mu untuk aku? Aku
mau dengar,” Tanya Anto dengan rasa penasaran yang besar.
“ini yah, satu dibagi dua berapa?” Tanya Hana.
“satu dibagi dua yang setengahlah,” jawab Anto
dengan tegas dan penuh rasa percaya diri.
“Apa setengah? Mana mungkin satu satunya hatiku
yang kuberikan untuk kamu aku bagi dua dengan orang lain gak bisa tahu,” jawab
Hana tertawa karena ia merasa telah
menang jauh di atas pria yang mengejar-ngejar dia itu.
“argh, ngeri juga kamu yah,” jawabnya kesal dan
merasa malu juga ternyata memang benar cewe yang ia sukain itu adalah cewe yang
pandai menggombal, pantas saja semua teman-temannya di kelas 1 dan 2 SMA
memberi predikat cewe tukang gombal kepada wanita yang ia sukai itu.
“hem, udah yah. Aku mau tidur lagi,” jawab Hana
dan langsung menutup telepon dari Anto dan kembali tidur tanpa memikirkan apa
yang telah ia bicarakan dengan teman SD nya itu.
Anto yang merasa kalah tetap tersenyum senang
karna ia telah bicara dengan wanita yang ia sukai sambil tertawa bersama
meskipun itu hanya sebentar saja.
***
Tentang
Pengarang
Saya
adalah Yesy Yohana Sianturi, siswi yang kini
duduk si kelas XII ipa1 di SMA Negeri 2 Lubuk Pakam. Ia lahir di Tangerang pada
tanggal 24 Juni 1995. Saat ini saya tinggal di kota Lubukpakam. Menonton dan
bermain game adalah hobinya sejak ia SD.
Saya anak kedua dari tiga
bersaudara yang terlahir dari keluarga yang harmonis.
Seribu Tahun adalah cerpen pertama yang saya buat. Cerpen
ini memuat tentang orang yang saya kasihi di masa SMA saya kini. Orang yang
pernah membuat saya merasa sangat disayangi oleh orang lain. Dan akhirnya ia
pergi dan membuatku merasa sangat bersalah tetapi aku harus terus senang untuk
mewujudkan apa yang ia inginkan.
Selain untuk mengenang orang
yang saya kasihi, cerpen ini juga bertujuan untuk nilai praktek Bahasa
Indonesia yang ditugaskan oleh Pak Ripa
Irwansyah, S.Pd.
Yesy Yohana Sianturi
FB : Yesy Shona Sianturi
Email : yesyyohana@yahoo.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar