BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Interferensi
Cahaya
Dua berkas cahaya
disebut kohern jika kedua cahaya itu memeiliki beda fase tetap. Interferensi
destruktif (saling melemahkan) terjadi jika kedua gelombang cahaya berbeda fase
180o. Sedangkan interferensi konstruktif (saling menguatkan) terjadi
jika kedua gelombang cahaya sefase atau beda fasenya nol. Interferensi
destruktif maupun interferensi konstruktif dapat diamati pada pola interferensi
yang terjadi.
2.1.1
Interferensi
Celah Ganda
Hasil
interfensi pada layar yang berupa garis – garis terang dan garis gelap
berngantung pada lintasan berkas cahaya dari S1 dan S2. Apabila
jarak kedua celah d jauh lebih kecil dari jarak celah dengan layar l(d<<1),
maka beda lintasan untuk sembarang titik P adalah S2P-S1P=S2R=d
sin
.
Berdasarkan gambar
di atas, selisih lintasan antara berkas S1 dan
d sin θ, dengan d adalah
jarak antara dua celah.
Ø
Interferensi
Maksimum (Terang)
Interferensi maksimum pada celah ganda akan terjadi
jika kedua gelombang memiliki fase yang sama, yaitu ketika beda lintasannya
sama dengan nol atau kelipatan dari panjang gelombang. Jadi interferensi
maksimum (garis terang) terjadi jika
d sin θ = n λ
|
dengan n =0, 1, 2, 3, …
p : jarak
dari terang ke-n dari terang pusat (meter)
d : jarak
antara kedua celah (meter)
ℓ : jarak
antara celah dengan layar (meter)
n : bilangan
(1,2,3…dst)
λ : panjang
gelombang (meter)
Ø
Interferensi
Minimum (Gelap)
Interferensi
minimum pada celah ganda akan terjadi jika kedua gelombang berbeda fase sebesar
1800, yaitu ketika beda lintasannya sama dengan bilangan ganjil kali
setengah panjang gelombang.
d sin θ = n λ
|
dengan n =0, 1, 2,
3, …
p : jarak
dari gelap ke-n dari terang pusat (meter)
2.1.2
Interferensi
Lapisan Tipis
Sinar pantul yang terjadi akibat seberkas cahaya mengenai medium yang
indeks biasnya lebih tinggi akan mengalami pembalikan fase (fasenya berubah 180o),
sedangkan sinar pantul dari medium yang indeks biasnya lebih kecil tidak
mengalami perubahan fase. Jadi, sinar a mengalami perubahan fase 180o,
sedangkan sinar b tidak mengalami perubahan fase. Selisih lintasan antara a dan
b adalah 2d cos r.
-
Syarat terjadinya interferensi konstruktif (pola
terang):
2d cos r = (m
– ½ ) λ ; m = 1, 2, 3, …
-
Syarat terjadinya interferensi destruktif (pola gelap):
2d cos r = m λ ; m = 0, 1, 2,
3, …
2.1.3
Cincin
Newton
Jika diamati
dengan cahaya putih (polikromatis), terbentuk pola cincin dengan warna-warni
pelangi karena cahaya dengan berbagai panjang gelombang berinterferensi pada
ketebalan lapisan yang berbeda. Cincin terang terjadi akibat interferensi
destruktif.
Cincin di bagian
luar lebih rapat dibandingkan di bagian dalam. Dengan R adalah
jari-jari kelengkungan lensa, dan panjang gelombang cahaya dalam kaca adalah λ,
-
Radius cincin
terang ke-n, yaitu rn dapat dihitung dengan:
-
Radius cincin gelap ke-n,
yaitu rn dapat dihitung dengan rumus:
2.2
Difraksi
Cahaya
Difraksi
Fresnel terjadi Apabila suatu seumber cahaya dan layar relatif
dekat ke kisi yang membentuk pola difraksi.
Difraksi Fraunhofer terjadi Apabila sumber, kisi dan layar cukup jauh jaraknya, sehingga semua garis dari sumber ke kisi dapat dianggap sejajar. Semakin kecil halangan, penyebaran gelombang semakin besar. Hal ini bisa diterangkan oleh prinsip Huygens.
Difraksi Fraunhofer terjadi Apabila sumber, kisi dan layar cukup jauh jaraknya, sehingga semua garis dari sumber ke kisi dapat dianggap sejajar. Semakin kecil halangan, penyebaran gelombang semakin besar. Hal ini bisa diterangkan oleh prinsip Huygens.
2.2.1
Difraksi
Celah Tunggal
2.2.2
Difraksi
Celah Majemuk (Kisi)
Kisi adalah celah
sangat sempit yang dibuat dengan menggores sebuah lempengan kaca dengan intan.
Sebuah kisi dapat dibuat 300 sampai 700 celah setiap 1 mm. Pada kisi, setiap
goresan merupakan celah.
N celah = ~ribuan buah per cm/mm
Pada sebuah kisi yang
disinari cahaya yang sejajar dan tegak lurus kisi, dan di belakang kisi
ditempatkan sebuah layar, maka pada layar tersebut akan terdapat garis terang
dan gelap, jika cahaya yang dipakai adalah monokromatik. Kemudian akan terbentuk
deretan spektrum warna,
jika cahaya yang digunakan sinar putih (polikromatik).
Garis gelap dan terang
atau pembentukan spektrum akan lebih jelas dan tajam jika celabar celahnya
semakin sempit atau konstanta kisinya semakin banyak/besar. Garis gelap dan
terang dan spektrum tersebut merupakan hasil interferensi dari cahaya yang
berasal dari kisi tersebut yang jatuh pada layar titik/ tempat tertentu.
2.2.3
Pengaruh
Difraksi Terhadap Pembesaran Maksimum pada Alat Optik
Pada malam
hari mobil kita akan menyalakan lampu saat sedang bergerak, pada
saat berpapasan dengan mobil lain ayang arahnya berlawan, juga menyalakan
lampu, kita akan silau melihat mobil itu. Apa yang terjadi pada mata kita
melihat silau/ tidak jelas penglihatan. Terjadinya silau karena pada retina
mata bayangan dari dua lampu mobil tidak bisa dipisahkan, seperti pada gambar
(a)
Beberapa
Kemungkinan Difraksi Cahaya Alat Optik ( Retina mata )
Gambar :
(a) bayangan
berimpit dari dua sumber cahaya/dua benda
(b) hampir dapat
dipisahkan dari bayangan dari dua sumber cahaya/dua benda
(c) bayangan dari
dua sumber cahaya/dua benda tepat dipisahkan
Daya Urai Lensa (d)
Daya urai
lensa adalah kemampuan alat optik untuk menghasilkan bayangan yang terpisah
dari dua benda yang berdekatan.
Kriteria
Rayleigh berbunyi : Dua benda titik tepat dapat dipisahkan jika pusat dari pola
difraksi benda pertama berimpit dengan minimum pertama dari difraksi benda
kedua.
2.3 Contoh Soal Interferensi
dan Difraksi Cahaya
1.
Pada percobaan interferensi celah ganda menggunakan
sinar dengan panjang gelombang 4000 A0, dimana jarak kedua celah 5
mm dan jarak antara celah dengan layar 1 m, maka tentukanlah:
a.
Jarak terang pusat ke terang ketiga
b.
Jarak terang pusat ke gelap kedua
2.
Karel mengamati seberkas sinar monokromatis yang
memiliki panjang gelombang 3800 A0 melewati sebuah celah tunggal
sehingga terjadi difraksi maksimum orde kedua dengan sudut difraksi 300.
Tentukanlah lebar celah tersebut!
2.4 Penyelesaian
1.
Dik :
ℓ = 1 m
d = 5 mm = 5
x 10-3 m
λ = 4000 A0 = 4 x 10-7
m
Dit : a. YPt 3…?
b. YPg 2…?
Jawab :
a.
b.
2.
Dik :
λ = 3800
A0 = 38 x 10-8 m
n = 2
Dit :
=…?
Jawab :
BAB III
PROSES PERCOBAAN
3.1 Alat Dan Bahan
1.
Layar ( 30 x 30 cm)
2.
Kaleng plat celah ( 20 x 20 cm)
3.
Gunting
4.
Isolasiban hitam
5.
Senter cahaya putih
6.
Penggaris/mistar
3.2 Prosedur Percobaan
1.
Mempersiapkan semua alat dan bahan
2.
Membuat celah pada kaleng plat dengan lebar 1 mm pada
setiap celah tunggal maupun celah ganda dengan menggunakan pisau lipat.
3.
Dibawahnya, membuat lubang pada plat kaleng dengan
menggunakan paku kecil untuk celah bulat tunggal.
4.
Dibawahnya lagi, melubangi plat kaleng dengan bentuk
sembarang.
5.
Kaleng plat celah dan layar diletakkan saling
berhadapan dengan jarak tertentu. Diusahakan melakukan penyenteran di tempat
gelap agar hasil terlihat lebih jelas di layar.
6.
Menyorotkan lampu senter pada kaleng plat celah yang
telah dilubangi.
7.
Pada saat melakukan percobaan I (difraksi celah
tunggal), semua celah dibawahnya terlebih dahulu ditutup agar sinar senter
tidak melewati celah lainnya selain celah pertama. Dan begitu juga seterusnya pada
celah ganda, celah bulat tunggal, maupun celah sembarang.
8.
Setelah terlihat terang gelap pada layar, mengukur
jarak antara terang pusat ke terang 2 atau gelap ke 2 (pada interferensi celah
ganda maupun difraksi celah tunggal) dengan menggunakan mistar.
9.
Kemudian menghitung panjang gelombang cahaya yang
dipancarkan oleh lampu senter.
BAB IV
ANALISIS
PERCOBAAN
4.1 Percobaan II
(Difraksi Celah Tunggal)
- Pola difraksi maksimum (terang)/jarak antara terang
kedua dengan terang pusat.
Dik :
ℓ = 30 cm = 3 x 10-1 m
d = 1 mm = 10-3 m
yt2 = 1,5 cm = 1,5 x 10-2
m
n = 2
Dit : λ = ..?
Jawab :
- Pola difraksi minimum (gelap)/jarak antara gelap
kedua dengan terang pusat.
Dik :
ℓ = 30 cm = 3 x 10-1 m
d = 1 mm = 10-3 m
yg2= 1,5 cm = 1,5 x
10-2 m
n = 2
Dit : λ = ..?
Jawab :
4.2 Percobaan III
(Interferensi Celah Ganda)
-
Interferensi Maksimum (jarak antara terang kedua dengan
terang pusat)
Dik :
ℓ = 22 cm = 22 x 10-2 m
d = 0,75 cm = 75 x 10-4 m
yt2 = 2 cm = 2 x 10-2 m
n = 2
Dit : λ = ..?
Jawab :
-
Interferensi Minimum (jarak antara gelap kedua dengan terang
pusat)
Dik :
ℓ = 22 cm = 22 x 10-2 m
d = 0,75 cm = 75 x 10-4 m
yg2= 2 cm = 2
x 10-2 m
n = 2
Dit : λ =
..?
Jawab :
4.3
Percobaan IV
(Difraksi Celah Bulat Tunggal)
-
Pola difraksi maksimum (terang)
Dik :
ℓ = 28 cm = 28 x 10-2 m
d = 0,3 cm = 3 x 10-4 m
yt3 = 9 cm = 9 x 10-2 m
n = 3
Dit : λ =
..?
Jawab :
-
Pola difraksi minimum (gelap)
Dik :
ℓ = 28 cm = 28 x 10-2 m
d = 0,3 cm = 3 x 10-4 m
yg3= 9 cm = 9
x 10-2 m
n = 3
Dit : λ = ..?
Jawab :
4.4
Percobaan V
(Interferensi celah sembarang)
Pada percobaan kelima ini kami menggunakan bentuk
celah sembarang dengan bentuk wajah wanita dengan memiliki mata yang besar,
hidung, dan bibir yang tipis. Hal ini bertujuan hanya sebagai inovasi dari dari
kami sebagai aplikasi/penerapan dari difraksi dan interferensi cahaya.
BAB VI
PENUTUP
6.1
Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang kami lakukan, kami dapat menyimpulkan bahwa :
1.
Magnet selalu menghasilkan listrik dan listrik selalu
menghasilkan magnet.
2.
Semakin besar gaya magnet yang mempengaruhi maka
semakin besar pula arus listrik yang dihasilkan begitu pula sebaliknya.
3.
Semakin cepat
perubahan medan magnet, maka GGL induksi yang timbul semakin besar.
4.
Semakin banyak
lilitannya, maka GGL induksi yang timbul juga semakin besar.
5.
Kekuatan magnet
Semakin kuat gelaja kemagnetannya, maka GGL induksi yang timbul juga semakin
besar.
Mengapa kesimpulanya jadi tentang magnet
BalasHapus